Kejadian Itu
TW // Bullying TW // Physical Abuse CW // Cigarettes CW // Harsh Word
Flashback.
Di dalam sebuah ruangan sempit dan sesak dengan penerangan yang terlampau minim ini, seorang gadis muda tergeletak begitu saja di lantai yang tidak berkeramik.
Kondisi gadis itu terlihat sangat berantakan hingga tak karuan. Seragam putih biru yang digunakannya tampak kusut dan terdapat beberapa bagian yang telah terkoyak.
Surai panjang berwarna hitam pekat yang sebelumnya telah diikat rapi oleh tali rambut miliknya, kini telah kusut dan menjuntai ke mana-mana dengan tidak rapi.
Lebam berwarna biru keunguan yang bertebaran di sekujur tubuhnya terlihat sangat kontras dengan warna kulit gadis itu yang seputih susu.
Tidak hanya itu, namun juga terdapat luka gores baik yang masih basah maupun yang sudah kering seiring berjalannya waktu juga tak mau kalah mengukir pada badan gadis itu.
Ditambah dengan wajah bengkak dan mata sembabnya yang begitu kentara menambah kesan prihatin bagi siapapun yang melihat keadaan gadis itu sekarang.
Byur.
Gadis itu tersentak kaget begitu air dingin yang memiliki bau tak sedap membasahi tubuhnya yang sudah tak berdaya lagi.
Dirinya mengerjapkan kedua matanya berulang kali, berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya.
Dengan gerakan lemah, dirinya berusaha untuk menelisik seluruh isi gudang milik sekolahnya itu. Kedua matanya sontak menyipit begitu pandangannya menangkap bayangan dua sosok yang membuat tubuhnya kini bergetar menahan rasa takut.
Kedua sosok itu adalah dua pemuda yang berstatus sebagai kakak kelasnya di sekolah menengah ini.
Karena merasa sedang diperhatikan, salah satu dari kedua laki-laki itu menoleh ke arahnya dan mengeluarkan smirk yang mengerikan begitu mendapati mangsanya telah sadar kembali.
Gadis itu beringsut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam lantaran tidak berani menatap kedua laki-laki yang sedang duduk santai tidak jauh darinya.
Laki-laki tadi yang tidak menoleh ke arahnya kini berjalan mendekat ke arah gadis itu. Dirinya meninggalkan sobat karibnya yang terlihat sedang berusaha untuk menyulut sebatang nikotin untuk dihisapnya.
Gadis itu menutup kedua matanya erat-erat begitu dirinya merasakan cengkeraman yang begitu kuat pada tulang kedua selangkanya. Itu ulah laki-laki tadi.
“Shhh,” terdengar erangan lirih yang keluar dari mulut kecil gadis itu.
Dirinya kesakitan.
Lagi-lagi, sang pelaku mencetak senyum kemenangan melihat keadaan korbannya.
Laki-laki itu melepaskan cengkeraman yang diperbuat oleh tangan kanannya dan beralih untuk manarik kasar dagu gadis itu, membiarkan tangan kirinya yang masih terus memberikan tekanan pada pundak ringkih gadis itu.
Cairan bening yang sudah mati-matian dirinya tahan akhirnya lolos begitu saja dan meluncur ke bawah membasahi kedua pipi putihnya yang mulus.
Terdengar suara tertawa mengejek dari laki-laki itu, “Ga usah nangis, anjing! Katanya mau main-main sama kita?” ucap laki-laki itu kemudian memberikan tatapan meremehkan kepadanya.
Gadis itu tercekat, rasanya dirinya sangat sulit untuk bernapas sekarang. Bahkan untuk meneguk salivanya saja dirinya tidak mampu.
Tiba-tiba usapan lembut yang menyapu pipinya sedikit membuatnya tertegun dalam beberapa saat, sebelum akhirnya kulit kepalanya merasakan perih yang teramat ketika surainya ditarik kasar oleh laki-laki tadi.
“LO GA PUNYA KACA YA DI RUMAH?! LO EMANG SIAPA BANGSAT, BISA-BISANYA SUKA SAMA TEMEN GUE!” bentak laki-laki dengan nada suara yang meninggi tepat di depan wajah sang gadis.
Isakan tangis yang sudah tidak dapat ia tahan akhirnya pecah begitu saja. Tangannya berusaha untuk melepaskan cengkeraman pada surainya yang dapat ia bayangkan mungkin kulit kepalanya sudah ikut terkelupas.
Sakit sekali.
Di sisi lain, laki-laki lain yang sejak tadi hanya mengamati saja lantaran sedang asik mengepulkan asap dari lintingan kertas yang dibakar bangkit berdiri dan ikut mendekat ke arah mereka.
Wajah rupawan yang terlihat datar dari laki-laki itu menatap tidak minat ke arah gadis yang sedang menatapnya dengan tatapan yang nanar.
Terlihat jelas dari tatapan gadis itu yang memohon agar laki-laki ini berbaik hati kepadanya dan mau melepaskan dirinya sekarang juga.
Namun sayangnya bukan memberikan bantuan kepadanya, laki-laki tadi justru memutuskan kontak mata mereka duluan dan memalingkan wajahnya ke arah lain begitu saja.
Laki-laki yang masih setia menarik surai panjang gadis itu dengan keras kemudian memutuskan untuk melepaskan tangannya dari sana.
Jika kalian semua berpikiran bahwa laki-laki itu akan mengakhiri siksaan kejamnya pada gadis itu, maka jawabannya adalah salah. Karena laki-laki itu justru sedang bersiap untuk melakukan hal yang lain.
Tangan kanannya terangkat ke udara kemudian dihempaskan olehnya kuat-kuat untuk menghantam pipi gadis itu.
Plak.
Suara benturan yang dihasilkan antara kulit telapak tangan laki-laki itu dengan kulit pipi sang gadis terdengar sangat nyaring lantaran kerasnya tamparan tadi.
“Ahkk s-sakit!!” teriak gadis itu sambil memegangi pipinya yang sudah memeraha akibat perbuatan kasar dari laki-laki tadi. Bahkan kini terlihat dengan jelas cetakan tangan di sana.
Laki-laki yang memalingkan wajahnya tadi kembali menatap gadis itu. Kali ini terdapat tatapan teduh karena memiliki sedikit rasa kasihan dan prihatin kepadanya.
Dirinya menarik paksa temannya yang baru saja memukul gadis itu. Tangannya terulur untuk merapikan anakan rambut di sekitar dahi gadis itu yang sudah bercampur dengan keringat.
Karena merasa aneh, gadis itu mendongakkan kepalanya untuk melihat orang yang sedang berlutut di hadapannya kini.
Dengan tatapan memburan yang disebabkan oleh genangan air mata yang bersarang pada kedua pelupuk mata gadis itu, dirinya berusaha untuk menatap laki-laki itu.
“Pintar, buka matanya gitu dong. Kan jadi keliatan cantik,” ujar laki-laki itu sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Sebut saja gadis itu bodoh lantaran masih sempat-sempatnya dirinya merasa berdebar ketika melihat lengkungan yang terpatri pada bibir laki-laki di depannya ini.
Ketika masih terlarut di dalam rasa kekagumannya akan makhluk ciptaan Tuhan yang sangat sempurna ini, gadis itu tiba-tiba kembali mengadu kesakitan.
“P-panashh kakk!” “SAKIT!!” “AHHKKK SAKIT BANGET!!!” “K-kak Narion lepasin aku!”
Racau gadis itu berusaha untuk menarik lengan tangan kanannya yang sedang ditekan-tekan menggunakan rokok yang masih terbakar.
Gila.
Apa yang mereka berdua lakukan terhadap gadis itu adalah hal gila.
Flashback End.
Narion dan Rayyan sudah berada di tempat yang telah mereka berdua sepakati untuk bertemu sekarang sejak kurang lebih 30 menit yang lalu.
Namun, hingga detik ini tidak ada yang berniat untuk membuka mulutnya dan memulai percakapan di antara mereka berdua.
Entah karena merasa canggung karena sudah lama tidak berjumpa satu sama lain atau karena ada suatu hal lain yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Yang pasti, pertemuan kembali mereka berdua ini tidak membuat kedua belah pihak menjadi senang.
Setelah mempertimbangkannya cukup lama, akhirnya Narion mengalah terlebih dahulu kali ini. “Brina beneran adek tiri lo?” tanyanya to the point. Laki-laki itu memang terkenal tidak terlalu suka basa-basi yang justru akan berakhir basi.
Rayyan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan teman lamanya itu. Kedua netranya memperhatikan wajah Narion dengan lamat-lamat. Ternyata sudha cukup lama mereka berdua tidak bertemu.
“Lo suka sama Brina?” tanya balik Rayyan yang sukses membuat Narion menatap lurus arah kedua matanya.
Bukannya menjawa pertanyaan yag telah dilontarkan oleh Rayyan, Narion justru mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat mereka seakan-akan kembali membuka luka lama.
“Cewe itu sekarang gimana?”
Deg.
Mengapa dia bisa menanyakan tentang hal itu dengan mudah? batin Rayyan.
Rayyan menghembuskan napasnya dengan kasar sebelum menjawab pertanyaan Narion. “Gue ga tau. Terakhir ketemu yang pas waktu kejadian itu,” jawab Rayyan dengan jujujur karena memang begitu kenyataannya. Rayyan tidak pernah bertemu dengan Vivi lagi.
“Iya itu semua salah gue. Bukan salah lo,” ucapan Narion yang sangat tiba-tiba ini membuat Rayyan bergeming.
Apa maksudnya?
Karena tidak kunjung mendapat balasan dari orang yang sedang diajaknya berbincang, maka Narion memutuskan untuk melanjutkan ucapannya tadi.
“Emang lo juga salah. Lo ga bisa ngelak itu. Tapi...
Rayyan menatap Narion dengan sungguh-sungguh menanti kalimat lanjutan dari mulut laki-laki itu.
...Yang bikin dia kaya gitu gue. Jadi yang salah di sini gue.”
Rayyan sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya dengar. Bagaimana bisa teman lamanya ini mengakuinya begitu saja? Bukankah dulu dirinya terlihat sangat kekeh merasa tidak bersalah?
Mungkin dirinya sekarang sudah berubah. batinnya.
Rayyan menggelengkan kepalanya dan berdeham pelan untuk membuat fokus Narion kembali kepadanya lagi.
“Lo tenang aja. Semuanya udah selesai,” ucap Rayyan meyakinkan Narion bahwa mereka sekarang sudah aman. Tidak akan ada yang mengetahui soal kejadian di masa lalu mereka.
Setidaknya untuk sekarang, mereka bisa hidup dengan tenang. Beda lagi urusannya dengan esok hari. Tidak ada yang bisa memprediksinya bukan?
Terlebih mereka juga tampaknya melupakan satu hal ini. Hal yang sangat penting. Kunci dari semuanya.
Sang korban.
Bukankah sang korban dari mereka masih dapat mengingat dengan jelas perlakukan buruk mereka kepadanya kala itu?
Vivi.
Siapa dia dan di mana dia sekarang?
Apakah dirinya memiliki hubungan dengan Fino dan Brina juga?
by scndbrr