Kehilangan Berujung Penyesalan

Laki-laki pemilik dari nama lengkap Matthew Gheofino itu sejak tadi tidak bisa diam. Dirinya bergerak dengan gusar setelah melihat notifikasi yang terpampang jelas pada layar ponselnya.

Memang benar jika saat ini Fino sedang menghindari Brina. Alasannya tentu sudah jelas, karena ia tidak kenal dengan perempuan itu. Terlebih lagi, Brina berusaha untuk mendekati dirinya yang sudah mempunyai Najla.

Setidaknya hal itu yang Fino tahu. Padahal fakta sesungguhnya justru berkebalikan hingga 180 derajat.

Entahlah, biarkan waktu saja yang menjawabnya.

Mari kita kembali lagi.

Tunggu sebentar, lantas mengapa laki-laki mengeluarkan gerak-gerik seperti orang yang serang ketakutan sesuatu, jika dirinya saja hanya melihat pesan yang dikirimkan oleh Brina melalui fitur dm pada aplikasi twitter?

Apakah isi dari pesan tersebut sangatlah penting baginya?

Bukannya yang terpenting bagi laki-laki itu hanyalah Najla seorang? Perempuan yang berpura-pura menjadi bunda Nananya.

Saking tidak fokusnya memikirkan isi pesan Brina, Fino hingga tak sadar jika Najla sejak tadi telah memanggil dirinya berulang kali.

“Fino ihh!!” pekik perempuan itu yang membuat Fino sedikit tersentak karena terkejut. Laki-laki itu lantas memusatkan seluruh atensinya kepada Najla.

“Hm? Kenapa?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar malas.

Najla menghembuskan napasnya dengan kasar kemudian menatap tajam ke arah Fino, “Kamu tuh lagi mikirin apaan sih?! Kan lagi aku ajak ngomong!!” tanya balik Najla yang terlihat sedang menahan emosinya.

Fino yang dapat dengan cepat memahami sutuasi pun mengalah. Laki-laki memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku celananya dan beralih untuk menatap Najla dengan teduh.

“Kamu mau ngomong apa? Maaf ya, tadi aku lagi kepikiran sesuatu,” jelas Fino sambil mengelus tangan Najla yang kini tengah digenggam olehnya.

Najla berdecak tidak suka dengan jawaban yang diberikan oleh Fino barusan, “Mikirin sesuatu apa?” tanya perempuan itu kekeh seakan memaksa Fino untuk mau menjawabnya.

“Hah?” Fino sedikit tergagap karena bingung untuk untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Najla.

Tidak mungkin bukan jika laki-laki berterus terang sedang memikirkan maksud dari isi pesan dm Brina tadi?

Lagipula, mengapa Fino terlihat meributkan hal tersebut?

Bukankah seharusnya dirinya senang karena artinya Brina tidak akan menggangunya lagi?

Bukankah itu adalah niat awalnya hingga mengharuskan laki-laki itu untuk memblokir nomor ponsel milik Brina?

Mengapa Fino justru seperti kehilangan sesuatu?

Sesuatu yang sangat amat berharga, namun belum juga dirinya sadari kehadirannya itu.

Perasaan laki-laki itu kini sangatlah carut-marut. Bayangan wajah Brina yang belakangan ini terus saja tampak di hadapannya membuat kepala Fino berdenyut nyeri.

Terdapat rasa jangggal yang mengganjal di dalam relung hatinya ketika laki-laki memikirkan hari-hari kedepannya nanti tanpa adanya pesan sepihak dari perempuan itu.

Fino tidak tahu apakah ini hanyalah sebuah kebetulan belaka saja, karena dirinya telah terbiasa untuk mendapatkan perhatian lebih dari Brina, meskipun dirinya tidak pernah merespon perempuan itu dengan baik.

Ataukah memang terdapat perasaan lain yang hinggap begitu saja tanpa dirinya sadari selama satu bulan terakhir ini.

Mungkin salah satunya perasaan nyaman?

Entahlah Fino juga masih bingung akan hal itu.

Namun, satu hal yang pasti.

Kini Fino merasakan bahwa ucapan yang selalu diutarakan oleh Rayyan kepadanya setiap saat, hingga dirinya menjadi bosan akan kalimat itu akan terealisasi secara nyata sekarang.

“Penyesalan selalu datang di akhir.”

by scndbrr