Asal Usul Dewara
Keluarga Permana, merupakan keluarga yang selalu diidam-idamkan bahkan hingga dijadikan sebagai panutan oleh banyak orang yang ada di luar sana lantaran keharmonisannya yang kerap kali membuat keluarga lain memiliki rasa iri dengki kepada mereka.
Namun, jika seluruh dunia telah mengetahui apa yang selama ini terjadi di balik layar itu ternyata justru berbanding terbalik 180°, apakah pandangan semua orang akan tetap sama kepada keluarga itu? Mustahil, itu tidak mungkin.
“Udah berani ngelawan saya kamu ya!!”
Plak
“Ahhkkk! A-aku tanya kenapa mas sama sekretaris mas bisa ada di hotel itu, hiks...”
“SUDAH SAYA BILANG, ITU BUKAN URUSAN KAMU!!”
Tangan besar nan kekar milik seorang pria yang baru saja membentak dengan suara menggelegarnya kini terulur untuk meraih surai wanita yang ada di depannya. Bukan, bukan utuk diusap dengan lembut, melainkan untuk ditarik sekuat tenaga hingga beberapa helai tercabut dari akarnya.
“Ahhkkkk!! S-sakitt MAS!!!” jerit wanita itu yang merasakan rasa sakit bercampur perih mulai menjalar ke seluruh bagian kulit kepalanya.
“Kamu harus saya kasih pelajaran!!” final sang pria tersebut yang membuat tubuh wanita itu menegang seketika. Wanita itu paham betul dengan kata 'pelajaran' yang keluar dari mulut pasangannya barusan.
“Aku udah pulang! Mah, mamah ada di mana?” seru seorang bocah kecil laki-laki yang dapat diperkirakan berusia tujuh tahun. Bocah itu sudah berteriak kegirangan begitu baru saja menginjakkan kakinya di ambang pintu depan rumah besar nan mewah ini. Dirinya terlihat sangat antusias untuk dapat segera menunjukkan nilai ulangan harian matematikanya yang sempurna ketika di sekolah tadi kepada mamanya.
Ketika rungunya menangkap suara jeritan yang disertai dengan rintihan kesakitan mengudara dari arah pintu kamar mandi dalam kamar tidur orang tuanya, bocah laki-laki tadi langsung bergegas untuk menaiki anak tangga. Dirinya melangkahkan kedua kakinya dengan sangat terburu-buru hingga jalannya pun sampai terseok-seok.
Tubuh bocah laki-laki tadi mematung begitu tangannya membuka pintu yang mejadi sekat antara dua ruang itu. Kedua bola matanya bergerak dengan gelisah melihat keadaan mamanya yang sekarang tampak mengenaskan.
Surainya yang dibiarkan tergerai begitu saja terlihat kusut dan berantakan. Wajahnya penuh dengan luka memar yang membuat warna kulitnya yang seputih susu kini berubah menjadi hitam kebiruan. Pada sudut bibir kecilnya terdapat luka sobekan yang dapat dipastikan itu ulah dari pria tidak tahu malu yang berdiri gagah di depannya. Jangan lupakan juga genangan air mata yang sudah meluap hingga membuat seluruh area wajahnya kini basah.
Tidak hanya sampai di situ saja. Pria keparat yang sudah tidak waras itu mengguyur tubuh lemah nan ringkih wanita yang terbaring pasrah di dekat kakinya dengan menggunakan shower. Sesekali kaki jenjangnya juga melayangkan tendangan-tendangan keras yang mampu menimbulkan suara pada perut istrinya sendiri.
Ekor mata Kinan yang tidak sengaja menangkap bayangan dari putra bungsunya ketika kedua matanya terbuka setelah mendapatkan tendangan kembali pada bagian perutnya berusaha untuk mengatakan sesuatu dengan susah payah, “K-ke... k-keluar dari sini, Ja... M-mama gapapaa...” ucapnya sambil menyunggingkan senyum yang terlihat dipaksakan, sarat akan kesakitan yang sedang dirasa olehnya ketika tubuhnya masih saja terus-terusan didera.
Bocah laki-laki tadi baru saja hendak melangkah untuk mendekat ke arah mamanya. Dirinya berniat menghiraukan ucapan yang keluar dari belah bibir orang yang begitu sangat ia hormati dan juga ia sayangi. Namun, ketika kedua netranya mendapatkan sinyal berupa gelengan lemah yang diberikan oleh mamanya. Bocah laki-laki tadi lantas mengurungkan niatnya itu.
Dirinya berjalan mundur dengan tubuh yang bergetar hebat berusaha mati-matian menahan isakan dan juga lelehan air mata yang tengah bersarang di kedua pelupuk matanya. Bocah laki-laki tadi memilih untuk menjadi anak penurut yang tidak membangkak kepada mamanya. Dirinya meninggalkan rungan kecil tadi yang diliputi oleh hawa mencekam.
Bukan sekali dua kali bocah laki-laki itu melihat orang yang telah berjuang dengan sekuat tenaga bahkan hingga harus mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melahirkan dirinya ke dunia ini, menjadi samsak yang empuk bagi papa kandungnya sendiri. Bahkan dalam satu hari, tak terhitung sudah berapa kali bogeman mentah yang telah dilayangkan oleh pria psycho itu.
Gila, mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok kepala keluarga Permana ini. Jika kalian pikir hanya jambakan, tamparan, pukulan, dan tendangan saja yang pria itu berikan kepada istrinya, maka kalian salah besar. Bahkan semua perbuatannya yang baru saja disebutkan tadi pun tidak tergolong biasa saja. Namun, rupanya iblis berwujud manusia ini mempunyai berbagai macam metode penyiksaan yang tidak beradab.
Mematikan puntung rokok di lengan Kinan, menumpahkan kopi panas pada punggung telapak tangan Kinan, menginjak tangan Kinan yang sedang menyemir sepatunya, menyuruh Kinan untuk tidur di lantai yang dingin hanya dengan beralaskan sebuah karpet yang tipis. Semuanya dilakukan oleh iblis itu dengan sadar dan secara disengaja. Tolong dicatat, sekali lagi, dengan 'disengaja'.
Entah ada di mana akal sehat yang dimiliki oleh pria itu, atau justru dirinya memang tidak memiliki akal sehat sejak awal. Tentu tidak mungkin begitu. Karena Kinan bukanlah seorang wanita bodoh yang mau memilihnya sebagai pendamping hidup yang akan menemani hingga akhir hayat wanita itu, jika dirinya telah mengetahui sifat asli dari seorang Gatan Permana.
Kinan, seorang wanita yang berasal dari salah satu keluarga terpandang di kota ini. Dirinya yang merupakan wanita elegan dan berkelas itu jatuh ke dalam jeratan jaring-jaring cinta yang ditebarkan oleh Gatan secara tidak cuma-cuma. Gatan yang dulu bukanlah yang sekarang. Pria itu tahu betul bagaimana caranya untuk dapat menghargai seorang perempuan.
Sayangnya semua sikap perhatian dan lembut yang dimilikinya tiba-tiba sirna begitu saja bak dibawa oleh angin yang tertiup dengan keras. Tidak ada yang tahu pasti mengapa Gatan yang awalnya berhati seperti malaikat, kini berubah drastis menjadi iblis yang taraf kejahatannya di atas rata-rata.
Pintu kamar mandi telah tertutup dengan rapat kembali, menyisakan dua orang manusia di dalam sana, ralat, hanya ada satu manusia saja karena yang satunya jelmaan siluman. Setan berwujud manusia tadi, Gatan kembali mengayunkan kakinya untuk menendang perut Kinan yang sudah dapat dipastikan telah mempunyai luka memar yang besar di sana akibat perbuatan suaminya sendiri.
Ceklek
Brak
Prang
Tanpa diduga-duga seorang bocah kecil laki-laki tadi membuka pintu kamar mandi dengan membawa sebuah porselen milik mamanya yang berukuran sedang, kemudian dengan sengaja ia lemparkan ke arah papa kandungnya sendiri. Mungkin bocah laki-laki itu sudah tidak tahan mendengarkan suara rintihan kesakitan dari mamanya. Ditambah dengan dirinya yang tidak sudi lagi untuk menganggap seorang Gatan Permana sebagai orang tua yang perlu dihormati olehnya.
Namun naas, karena lemparan tadi tidak mengenai iblis itu, melainkan membentur tembok yang ada di sebelah kirinya. Jika dipikir-pikir kembali, seharusnya dirinya bersyukur karena tidak harus menjadi seorang kriminal yang membunuh anggota keluarganya sendiri saat dirinya masih jauh dibawah umur. Tapi sayangnya, hal itu sukses membuat api amarah Gatan tersulut hingga tega mendorong darah dagingnya sendiri. Dorongan yang keras tadi membuat kepala bocah kecil itu tebentur dudukan closet.
“MAS UDAH GILA KAMU YA?!!!” teriak Kinan dengan suara yang nyaring dan mampu memekakan telinga orang yang mendengarnya. Ibu dua anak itu sama sekali tidak akan bisa mentolerir jika sudah menyangkut putra-putranya. Kinan sangat terkejut melihat pelipis bagian kanan putra bungsunya tergores dan mengeluarkan darah segar dari sana. “Hiks... hiks... hiks... s-sakit ma! kepala Aja sakit!!!”
Tubuh Gatan tiba-tiba menjadi sulit untuk dapat digerakkan. Bahkan hanya untuk mengulurkan tangannya ke arah putranya pun dirinya tidak mampu. Ada rasa yang membuncah pada rongga dadanya begitu melihat bocah laki-laki tadi menangis karena perilaku kasarnya barusan. Gatan memang selalu menyiksa istrinya tanpa ampun, namun dirinya tidak pernah menyentuh barang sehelai saja rambut dari kedua putranya. Justru dirinya tidak memiliki barang sejumput saja niat itu. Sesayang itu Gatan dengan Raja dan Darrel.
Kinan dengan segera meraih tubuh Raja, putranya dan membawa keluar ruangan yang sudah membuat air matanya menjadi kering. Ya, bocah laki-laki itu adalah Raja. Kinan menyambar tasnya dan memasukkan dompet serta beberapa barang yang menurutnya penting dengan asal-asalan. Dirinya lantas melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang selama sepuluh tahun ini ia anggap sebagai neraka dunia. Wanita itu mengabaikan teriakan panggilan dari suaminya yang terdengar sangat putus asa.
Mulai saat itu, Raja Permana sudah mati. Dia tidak ada lagi di muka bumi ini. Yang hidup hingga detik ini adalah Raja Dewara. Laki-laki itu memilih untuk memakai nama keluarga besar milik mamanya. Dirinya bahkan sampai memohon supaya mamanya mengurus pergantian namanya. Raja terlalu benci kepada Gatan, papanya sendiri. Dirinya tidak mau jika harus memakai nama belakangnya. Laki-laki itu terlampau takut jika suatu saat dirinya menjadi seperti papanya.
© scndbrr