Tentang Grena, Hilmy, dan Nasa
Flashback.
“Kamu kenapa bisa telat, dek? Jangan cengengesan, serius dikit!”
“Maaf kak saya telat bangun hehe.”
“Haha hehe bagus kaya gitu?!”
“Maaf kak.”
“Kalo kamu kenapa? Apa senyam-senyum? Dipikir ganteng begitu?”
“Anu kak...”
“Anu apaan?!”
“Saya harus nganter bunda dulu soalnya ayah lagi dinas di luar kota.”
“Harusnya diperhitungkan waktunya besok lagi, ngerti kamu?!”
“Iya kak, maaf.”
“Kamu itu cewe loh, kenapa bisa telat? Baru hari pertama aja udah bertingkah?!”
“Tadi di jalan ada kecelakaan lalu lintas kak, terus macet deh. Jadi ya gitu...”
“Hadeh kalian itu! Ya sudah, sekarang kalian bertiga harus membersihkan lapangan basket outdoor. Harus bersih dari daun-daun kering yang gugur dari pohon-pohon di sekitar sana. Nanti saya dan teman-teman akan mengeceknya 1 jam lagi. Cepat laksanakan hukuman!!”
Ketika anak yang baru saja lulus dari sekolah menengah pertama itu serempak menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga langsung bergegas sampai berlarian menuju ke lapangan basket yang dimaksud oleh sang kakak senior tadi.
Setelah selesai membersihkan daun-daun yang tidak hentinya terjun bebas, mereka bertiga duduk di gazebo yang ada pada sisi lapangan. Tidak ada suara diantara mereka semua, sebab ketiga anak muda itu seolah-olah kompak untuk bungkam. Hingga akhirnya salah satu anak laki-laki yang sedikit tengil itu mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
“Woi lu pada diem-diem aja. Ngomong apaan kek biar kaga sepi nyenyet begini.”
“Apa?”
“Ya apa?”
“Kenalan aja lah kita, temen senasib seperjuangan nih. Gue Hilmy cakep anaknya babe Pratama.”
”...”
”...”
“Dilanjut anjir jangan pada cosplay jadi patung semua elah.” “Lu cowo, ayo duluan. Ntar langsung aja yang nyai, kalo dia udah.”
“Gue Nasa.”
“Ganteng-ganteng kaku amat ni bocah. Okeh lanjut nyai.”
“Hai? Kenalin, nama gue Grena. Btw kok lo manggil gue nyai sih?”
“Ya gapapa suka-suka Hilmy lah?” “Oke oke, mulai sekarang kita sahabatan ya? Nasa, nyai Grena?”
Tidak ada yang mengiyakan pernyataan Hilmy baik diantara Grena maupun Nasa. Namun pria tengil yang memiliki senyum manis dan surai kecoklatan itu heboh sendiri dan mulai merangkul bahu Grena dan Nasa. Suka-suka dia saja deh.
Siapa sangka justru setelah hari itu berlalu, mereka bertiga benar-benar menjadi sahabat sejati bagi satu sama yang lain? Bahkan keberuntungan berpihak pada mereka dengan menempatkan mereka di satu kelas yang sama dari kelas 10 hingga mereka kelas 12 dan lulus.
Setiap pagi mereka bersenda gurau sambil menunggu bel masuk berbunyi dan guru pengajar mata pelajaran jam pertama masuk ke kelas. Siangnya, mereka akan ke kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang berteriak kelaparan di perut. Lalu sorenya ketika pulang sekolah mereka biasanya akan bermain di rumah Nasa. Hal itu karena bundanya Nasa, Maya baik banget. Udah gitu jago masak lagi, jadi Grena dan Hilmy selalu betah berlama-lama main di sana.
Agrena Khanzanaya, Hilmy Pratama, dan Nasa Benedict menjalin hubungan persahabatan sejak mereka mengenyam pendidikannya pada sekolah menengah akhir. Mereka dipertemukan ketika waktu masa orientasi siswa kala itu. Sesungguhnya momen pertemuan mereka bertiga tidak masuk ke dalam kategori yang baik, karena mereka dihukum lantaran sudah terlambat ketika baru hari pertama MOS.
Ternyata sebuah hukuman itu tidaklah selalu mengarah ke hal yang negatif. Pasalnya dengan sama-sama mendapat hukuman membersihkan dedaunan kering yang berjatuhan di lapangan basket saat itu, justru membuat mereka menjadi saling mengenal antar satu sama lain hingga dapat mengakrabkan diri.
Konyol bukan? Entahlah, tidak ada yang tahu bagaimana takdir akan bekerja.
© scndbrr