Yemima

Seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah menengah atas itu dengan berat hati harus mengikuti kedua orang tuanya. Di sinilah mereka semua berada, sebuah panti asuhan yang bernama “Kasih Ibu”. Jika niat awal kedua orang tuanya itu memang berasal dari ketulusan hati mereka, maka sang gadis pun akan pergi ke sini dengan hati yang gembira.

Namun, sayangnya mereka bertamu ke tempat ini hanya untuk menarik perhatian orang-orang sekitar. Bagaimana tidak demikian jika terdapat hampir sepuluh kemare yang mengikuti ke mana pun mereka melangkah? Jujur saja gadis itu malu dengan tujuan kedua orang tuanya sendiri. Memanfaatkan anak-anak lugu untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Kejam sekali, pikirnya.

Tidak ada yang spesial pada kegiatan yang dilakukan oleh kedua orang tua gadis itu. Dari tadi mereka sibuk untuk diambil gambarnya ketika sedang berinteraksi dengan anak-anak di sana. Jadi, mereka itu mau mengobrol dengan anak-anak atau mau foto sih sebenarnya? Tidak konsisten. Dasar aneh, gerutu gadis itu di dalam hatinya.

Gadis muda tadi adalah Grena yang kini tampak sudah terlampau jengah melihat tingkah dari kedua orang tuanya. Karena merasa sangat bosan, akhirnya dirinya memilih untuk undur diri pergi ke taman yang ada di belakang panti ini. Di sana Grena melihat seorang gadis muda lainnya yang dapat ia yakini usianya pun lebih muda darinya.

Gadis itu menyadari kehadiran Grena di sana. Dirinya lalu melambaikan tangannya serta memberikan senyuman terbaiknya untuk menyapa Grena. Karena merasa canggung, Grena hanya menganggukkan kepalanya sekali dan tersenyum kikuk untuk membalasnya. Ternyata tidak sampai di situ saja, gadis muda tadi mendekat ke arah Grena kini tengah berpijak dan mengulurkan tangan kanannya.

“Halo kak. Kenalin aku Mima, Yemima.”

Grena bingung dengan tindakan gadis itu yang menurut dirinya dilakukan secara tiba-tiba ini. Melihat Grena yang tidak segera menyambut uluran tangan kanannya, gadis itu langsung menyalami Grena begitu saja. Akhirnya mau tidak mau Grena juga memperkenalkan dirinya kepada gadis itu.

“Halo juga. Kalo aku Grena, Agrena.”

Jika kalian semua berpikir apabila selepas dari sesi perkenalan diantara keduanya tadi usai, maka interaksi mereka pun usai, kalian salah. Pasalnya setelah berkenalan tadi, justru membuat mereka berdua memulai topik perbincangan random.

Hari itu Grena merasa senang sekali, karena akhirnya dia mempunyai seorang teman yang satu kaum dengannya. Bukannya di sekolahnya Grena tidak memiliki teman perempuan. Satu dua tetap ada, namun mereka tidak ada yang benar-benar tulus bertemanan dengan Grena.

Mereka hanya mau berteman dengan Grena karena dirinya merupakan seorang gadis cantik yang menjadi incaran kakak kelasnya. Mereka pikir dengan menjalin hubungan pertemanan dengan Grena akan membuat mereka dilirik oleh para kakak seniornya.

Alhasil dari mulai tahun pertama hingga sekarang sudah memasuki tahun ketiganya, Grena hanya memiliki Hilmy dan Nasa di sampingnya. Namun tidak menagapa, sebab dengan kehadiran mereka berdua saja Grena sudah merasakan berlipat-lipat perasaan bahagia.

Semenjak hari ini, Grena menjadi lebih sering mengunjungi panti asuhan dengan tujuan untuk menemui Mima. Tentu saja hal itu Grena lakukan secara diam-diam dan di belakang kedua orang tuanya. Soal mengapa Grena tidak bercerita kepada Hilmy dan Nasa adalah karena memang dirinya ingin mencari waktu yang tepat saja untuk saling mengenalkan mereka semua.

Karena Mima dua tahun lebih muda dari Grena, maka Grena sudah menganggap Mima yang awalnya hanya sebagai teman ataupun sahabat, kini telah menjadi adik kandungnya sendiri. Kita semua tahu bahwa Grena merupakan seorang putri tunggal yang selalu merasa kesepian ketika sedang di rumah. Hal itu disebabkan kedua orang tuanya yang gila kerja hingga melupakan anak semata wayangnya yang masih membutuhkan curahan kasih sayang dari mereka.

Dengan adanya Mima di hidup Grena, kini membuat dunianya menjadi lebih berwarna daripada yang sebelumnya. Grena dan Mima memang sama-sama tengah mengenyam pendidikan sekolah menengah atas. Namun, mereka tidak menempuhnya di tempat yang sama.

Grena selalu datang ke panti sepulang sekolahnya dengan membawa berbagai cerita yang akan selalu siap didengarkan oleh Mima. Hal itu menjadi sangat berarti bagi Grena jika kita mengingat perempuan itu tidak memiliki siapa-siapa selain Hilmy dan Nasa untuk bertukar cerita. Namun tidak semua cerita dapat perempuan bagikan dengan laki-laki, bukan? Berbagi pengalaman yang dialami ketika sedang mendapat tamu bulanan misalnya?

© scndbrr