Mimpi Buruk Itu Lagi
Wanita itu terus saja bergerak dengan gusar di bawah selimut tebal berwarna putih susu. Buliran air bening mengalir dengan deras pada sekujur tubuhnya. Penyebabnya adalah bukan karena suhu yang ada pada kamar ini tinggi. Pasalnya pendingin ruangan ini pun juga masih berfungsi dengan sangat baik.
Kepala wanita itu tergeleng ke arah kanan dan kiri dengan gerakan random yang tidak beraturan. Kerutan dalam yang ada pada dahinya juga tidak dapat terelakkan. Kedua matanya masih terpejam dengan kuat-kuat. Perlahan runtuhlah pertahanannya, air mata wanita itu turun tanpa permisi dan membuat jejak pada kedua sisi pipinya.
“Ahhkkk!!” “Hahh... hah... hah...”
Akhirnya Grena terbangun dari dunia mimpinya diiringi dengan suara teriakan yang sangat melengking tadi. Namun sayang, kali ini dirinya tidak bermimpi hal manis dan menyenangkan, melainkan sebuah kejadian kabur yang menurutnya sangat mengerikan. Akhir-akhir ini hal itu terus saja berlalu-lalang ketika dirinya mencoba untuk terlelap.
Deru nafas Grena terdengar putus-putus. Dirinya merasa seperti sedang tercekik oleh sesuatu yang ada pada bunga tidurnya. Sekarang dia tengah berusaha untuk meraup oksigen sebanyak yang dirinya bisa. Kedua bola matanya bergerak dengan gelisah mencari penerangan cahaya yang mungkin saja dapat membuatnya menjadi lebih tenang.
Dengan kedua tangan yang masih bergetar hebat, Grena mengambil sebuah benda pipih kemudian mencari nomor telfon sesorang di sana. Dirinya melihat sekilas jam dinding kamar apartemennya yang tergantung di sisi kanan tembok.
Wanita itu sempat termenung sebentar untuk memikirkan apakah panggilannya akan mengganggu orang yang ada di seberang sana atau tidak. Pasalnya sekarang sudah pukul 3 pagi yang artinya ini masih masuk ke dalam jam tidur orang-orang pada umumnya. Setelah dirasa cukup untuk meyakinkan dirinya sendiri. Grena akhirnya mulai menekan tombol panggilan.
© scndbrr