Masa Lalu
Anak laki-laki yang masih kecil itu mulai menginjakkan kakinya di rumah yang mewah nan besar. Rumah itu adalah kediaman milik Mahendra Adiwangga.
“Juna, Arjuna sini nak.” panggil lembut sang ibu kepada putra semata wayangnya itu.
“Kenalin, ini namanya Sebastian. Mulai sekarang dia akan menjadi kakak laki-laki kamu.” jelas sang ayah kepada jagoan kecilnya itu.
“Halo kak Sebastian, nama aku Juna, Arjuna Adiwangga lebih lengkapnya.” ucap Juna dengan riang dan langsung menyambar telapak tangan Sebastian.
“H-halo juga, aku Sebastian, Sebastian Karlapati.” balas Sebastian dengan kikuk karena dirinya masih canggung dengan orang baru.
Pasangan suami-istri Mahendra Adiwangga dan Anastasia Audy mengadopsi anak laki-laki dari sahabat karib mereka berdua yang baru saja meningal dunia dikarenakan kecelakaan pesawat ketika sedang perjalanan bisnis.
Mereka pikir putra tunggal mereka, Arjuna akan senang karena sudah lama ia menginginkan sosok seorang kakak laki-laki.
Hari demi hari berlalu.
Keluarga itu hidup bersama dengan bahagia. Setiap hari selalu saja ada canda tawa yang menghiasi sudut-sudut rumah ini.
Arjuna dan Sebastian memiliki hubungan persaudaraan yang baik. Bahkan Sebastian selalu melindungi dan membantu adiknya itu ketika sedang menghadapi sebuah masalah.
Ketika mereka berdua beranjak semakin dewasa dan mulai melanjutkan studinya di perguruan tinggi, Arjuna bertemu dengan seorang gadis sederhana yang bekerja di sebuah restaurant sebagai pelayan.
Awalnya ia hanya mengagumi senyuman manis yang selalu terpatri dengan apik di wajah cantik gadis itu, namun semakin ke sini tidak dapat ia pungkiri bahwa ia menyukainya.
Arjuna yang sedang dilanda dengan asmara cinta itu menceritakan semuanya kepada kakaknya, Sebastian.
Sebastian mendengarkan cerita sang adik dengan seksama dan sesekali tertawa melihat tingkah sang adik yang bercerita dengan menggebu-gebu.
Gadis yang disukai oleh Arjuna kala itu adalah Marina, ibu Starla.
Arjuna dan Marina telah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun lamanya. Tentu saja hubungan itu Arjuna rahasiakan dari kedua orang tuanya. Hanya Sebastian saja yang mengetahuinya.
Bukan tanpa sebab Arjuna bertindak demikian, karena ia sangat tahu betul bahwa kedua orang tuanya ini hanya menginginkan Arjuna bersanding dengan perempuan dari keluarga konglomerat juga.
Ketika Arjuna sudah merasa muak dengan semuanya, akhirnya ia mulai memberanikan diri untuk berbicara terus terang kepada kedua orang tuanya.
“Mah, pah, Juna mau menikah.”
Penuturan Arjuna yang sangat mendadak ini tentu saja membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.
“Juna udah punya calonnya, nama dia Marina.” lanjut Arjuna.
“Dari keluarga mana wanita itu berasal?”
“Orang tuanya kerja apa?”
“Punya perusahaan apa keluarga mereka?”
“Pendidikan terakhirnya S3 atau S2?”
Berbagai pertanyaan dilontarkan secara bertubi-tubi kepada Arjuna. Dirinya tahu pasti akan seperti ini pada akhirnya.
“Dia dari panti asuhan, jadi tidak mempunyai ayah ataupun ibu.”
“Dia bekerja sebagai pelayan di restaurant dan putus sekolah semenjak dirinya SMP.” jawab Arjuna dengan jujur.
“HAH?! UDAH GILAK KAMU YA ARJUNA?!!”
“KAMU ITU PEWARIS UTAMA KELUARGA ADIWANGGA, NAK!!”
“MASAK PASANGAN KAMU AJA BIBIT, BEBET, BOBOTNYA TIDAK JELAS BEGITU SIH!!”
“MAU TARUH DIMANA MUKA MAMAH SAMA PAPAH NANTI?!!”
“Juna nggak pernah minta ke mamah ataupun papah buat dijadiin sebagai pewaris kan?”
“Juna mau hidup dengan wanita pilihan Juna, mah, mah!”
“Terserah kamu saja!!”
“Kalau memang itu maumu, pergi sana keluar dari rumah ini!!”
“Tinggalkan semua fasilitas yang papah berikan sama kamu!!”
“Mamah mau lihat, sejauh mana kamu bisa hidup tanpa bergelimangan harta!!”
“Memang itu mau Juna mah, pah. Dari awal Juna lebih memilih hidup sederhana bersama Marina, ketimbang harus menjadi boneka mamah dan papah yang maksa Juna buat jadi pemimpin perusahaan!”
Setelah pertengkaran hebat yang terjadi di antara orang tua dan anak itu, Juna akhirnya benar-benar memutuskan untuk angkat kaki dari rumah.
Di sisi lain, Sebastian yang menyaksikan semua kejadian itu dari balik pintu menyunggingkan salah satu sudut bibirnya ke atas, menyeringai.
Bagus deh kalo lo mau pergi. Emang seharusnya yang jadi pimpinan perusahaan itu gue, kan gue anak pertama walaupun nggak sah.
©scndbrr