Kehilangan Dunianya
Setelah mendapatkan panggilan dari suster yang bertugas untuk menjaga ibunya malam itu, Starla bergegas untuk pergi masuk ke dalam.
Jari lentiknya terulur untuk meraih gagang pintu kamar rawat inap sang ibu, dan mulai menggesernya ke arah samping untuk membuka pintu tadi.
Setelah pintu terbuka, kini tampaklah seorang wanita yang sudah berumur, namun tetap terlihat cantik. Ia mulai mengembangkan senyum manisnya kala netranya menangkap bayangan putri kecilnya itu.
“Ibu? Ibu ada yang dirasain nggak bu? Ibu pengen apa?” suara lembut milik putri kecilnya itu terdengar mengalun merdu di telinga sang ibu.
“Starla sayang, putri kecilnya ibu...” jawab lirih sang ibu yang tidak menghiraukan pertanyaan dari putrinya barusan.
Marina mulai melakukan pergerakan kecil utuk mencari posisi ternyamannya. Dengan lemah, tangan sang ibu mulai terulur untuk membelai pipi putih nan mulus milik putrinya.
“Starla mau tahu tentang ayah Starla?” tanya sang ibu kepada putrinya.
“Eh bu?” Starla terkejut bukan main, dirinya mengerjapkan matanya berulang kali dan sedikit terlonjak kaget ketika mendengar pertanyaan tiba-tiba yang dituturkan oleh ibunya.
“Maafin ibu ya nak. Ibu nggak pernah menyinggung soal ayah kamu. Karena sebetulnya ibu juga nggak tahu di mana ayah kamu sekarang.” ucap sang ibu menjelaskan.
“Iya bu, nggak apa-apa kok. Starla juga tidak mempermasalahkannya.” jawab Starla dengan jujur.
“Nanti setelah ibu sudah baikan, kita cari bersama-sama ayah kamu ya sayang?”
“Tapi sebelumnya ibu ingin kamu menyimpan foto ini. Dia adalah sosok ayah kamu nak.” tangan kanan Marina memberikan satu lembar kertas foto yang sudah usang dan terdapat banyak lipatan serta sobekan kecil kepada Starla, kemudian menggenggam tangan mungil milik putrinya dengan erat.
Starla bisa merasakan sebuah kehangatan yang sangat membuatnya nyaman dari genggaman tangan ibunya itu.
Setelah memberikan foto laki-laki yang sangat ia cintai, tangan Marina kemudian jatuh ke sisi ranjang, matanya mulai menutup secara tiba-tiba, dan terdengar suara aneh dari mesin yang berada di sebelah nakas tempat ibunya terbaring dengan lemah.
Para dokter dan perawat mulai berdatangan dan mengambil tindakan lanjutan. Starla mematung di tempat dengan keadaan mulutnya yang terbuka dan bulir bening yang mulai memaksa untuk keluar dari sudut netranya.
Ibu Starla telah berpulang untuk selamanya
Malam itu adalah malam terburuk bagi Starla. Dirinya terjatuh dan terduduk lemah di lantai yang sangat dingin ketika mendengarkan dokter mulai mengumumkan waktu kematian sang ibu.
Tercetak dengan jelas bekas aliran air mata pada kedua pipinya matanya terlihat merah dan ikut membengkak, kini sudah tidak terdengar lagi isakan pilu seperti saat di awal tadi.
Tatapannya kosong dan otaknya masih sulit untuk dapat diajak bekerja sama untuk menerima semua kenyataan pahit ini.
Bagaimana bisa semesta begitu kejam kepada dirinya?
Baru saja gadis itu merasa senang karena mendapati ibunya yang sudah siuman setelah hampir 1 bulan penuh ini tidak sadarkan diri.
Baru saja dirinya mengetahui tentang sosok sang ayah yang sangat amat Starla rindukan kehadirannya di dalam hidupnya.
Baru saja mereka berdua berjanji akan mencari keberadaan sang ayah bersama-sama.
Baru saja.
Semuanya itu baru saja terjadi.
Namun mengapa dengan cepat Tuhan merampas sedikit kebahagian Starla yang bahkan datangnya itu 'baru saja'.
Kenapa?
Gadis itu kini telah kehilangan dunianya.
Semua harapan yang dimiliki oleh dirinya runtuh seketika.
Bahkan jika ditanya, mungkin ia akan menjawab bahwa dirinya sudah tidak memiliki semangat untuk dapat terus melanjutkan hidupnya.
Dirinya merasa seperti sedang berada di atas puncak komedi. Dan dia amat membenci siapapun yang tengah mengendalikan keadaannya kini.
Ia ingin marah kepada semesta dan pencipta-Nya.
Ia juga ingin bertanya mengapa dirinya harus memiliki takdir kehidupan yang penuh dengan lika-liku seperti ini?
Dosa apa yang telah ia perbuat hingga Sang Pencipta menghukumnya dengan sangat berat.
Dirinya mempunyai salah apa?
Bukankah sejak kecil ia dan ibunya itu selalu hidup dalam kesederhanaan, tidak pernah melukai orang lain, dan tidak pernah berlaku buruk kepada orang lain?
Namun sekali lagi mengapa semesta berlaku secara tidak adil kepada mereka berdua?
©scndbrr