Perpisahan
Sesuai dengan isi pesan Nathan tadi, tepat pukul tujuh malam dirinya dan Starla pergi meninggalkan rumah dan menuju ke salah satu restaurant ternama.
Di tengah perjalanan menuju ke tempat itu, dua anak manusia ini sama-sama terdiam dan terlarut dalam lamunannya masing-masing.
Hanya terdengar suara halus mesin mobil dan suara radio yang dengan sengaja dinyalakan oleh Nathan supaya suasana di dalam mobil yang kini tengah membelah jalan raya itu tidak sunyi senyap.
Sesampainya di restaurant yang sebelumnya sudah dibooking full oleh Nathan, mereka berdua lantas diantarkan oleh pelayan ke meja yang telah disiapkan.
Karena sudah disewa untuk semalaman ini, maka kini hanya ada mereka berdua dan beberapa pelayan saja di tempat itu. Hal itu membuat Starla sedikit kikuk dan kurang nyaman, pasalnya Nathan tak berhenti menatap dirinya dari tadi.
“Kak?” “Kak Nathan” “Kak Nathan ihh, jangan diiatin mulu.” “Aku malu tau.”
Nathan hanya menyunggingkan senyum kecil di bibirnya ketika melihat wanitanya itu sedang salah tingkah dan melampiaskan amarahnya yang justru terkesan lucu di matanya.
Setelah makanan yang sudah dipesan datang, Starla lantas mulai menyantap makanan itu tanpa menghiraukan Nathan yang masih belum menyentuh makanannya sama sekali.
Starla yang sudah selesai dengan hidangan di depannya kini mulai mengerahkan seluruh atensinya terhadap laki-laki yang sedang duduk di hadapannya persis.
Ia mengerutkan dahinya dan menyipitkan matanya ketika melihat bahwa makanan Nathan masih utuh dan belum ada yang tersantap satupun.
“Kak Nathan kok nggak makan?”
Hening.
Tidak ada jawaban dari yang diajaknya bicara.
“Enak loh kak makanannya.”
Masih hening.
Tampaknya sang adam tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mulut mungil sang hawa.
“Gue muak, La.”
”...”
“Gue muak pura-pura baik di depan lo!”
“M-maksud kak Nathan apa?”
“Lo itu nggak selevel sama gue! Lo cuma anak pembantu!”
“K-kak?”
“Jangan harap lo bisa jadi cewek gue!”
Setelah menuturkan kata-kata yang sudah terangkai dengan apik di kepalanya itu, Nathan lantas bangkit berdiri dan berniat untuk pergi meninggalkan Starla sendirian di sana.
Namun secepat mungkin, kakinya berlari melangkah menyusul langkah lebar kaki jenjang Nathan. Tangan kanannya terulur untuk meraih tangan laki-laki yang sudah ia cintai akhir-akhir ini.
“Kak berhenti!”
“Kakak ngomong apa sih? Starla nggak ngerti.”
“Gue cuma mainin lo doang selama beberapa hari ini, ga lebih dari itu.”
“Kak Nathan bohong kan? Kakak pasti cuma bercanda doang kan kak?”
“Lo itu tolol apa gimana sih?! Gue udah bilang kalo gue cuma pura-pura aja di depan lo kemaren-kemaren!!”
Dengan kasar tangan Nathan menghempaskan tubuh Starla ke lantai dan mengakibatkan gadis itu terjatuh karena kehilangan keseimbangannya.
“Tapi aku jatuh cinta sama kakak!” teriak Starla yang berhasil menghentikan langkah Nathan.
“Itu bukan urusan gue.” jawab Nathan dengan dingin lantas bergegas pergi dari tempat itu.
Starla menatap kepergian Nathan dengan tatapan nanar. Ia menatap punggung laki-laki yang ia kasihi hingga hilang dari pandangan netranya.
“Kenapa selalu kayak gini?” “Pada akhirnya semua kebahagian aku dirampas lagi.” lirih Starla.
Tanpa Starla sadari, laki-laki itu masih berada di balik tembok itu. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat dan mengalirlah bulir bening dari kedua sudut netranya.
Maaf, maafin aku La.
©scndbrr