Guardian
Penuh kejutan adalah kata yang dirasa paling tepat oleh Valle, ketika dirinya ditanya seperti apa gambaran sosok dari seorang Nolan Azerio.
Bagaimana tidak? Jika pria itu secara tiba-tiba tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu membawanya ke tempat yang bahkan tidak pernah dipikirkan oleh Valle sendiri.
“Lo serius ngajak gue ke sini?” tanya Valle yang kedua matanya menelisik seluruh area di sekelilingnya.
Nolan merasa gemas dengan tingkah Valle. Wanita itu bersikap seperti anak kecil ketika pertama kali mendatangi tempat baru yang sebelumnya belum pernah dikunjungi olehnya.
Kedua tangan laki-laki itu terulur untuk menangkup pipi Valle kemudian mengarahkan kepala wanita itu untuk menghadap ke arah wajahnya, “Kalo lagi ngomong sama orang lain itu ditatap orangnya, Sha.”
Valle sedikit tersentak karena aksi Nolan yang tiba-tiba ini. Dirinya refleks menatap ke arah ujung sepatu sandalnya sebab tidak sanggup jika harus menatap kedua manik indah milik pria di hadapannya ini.
“Iya, gue serius. Ayo masuk,” ajak Nolan yang melepaskan kedua tangannya dari pipi Valle, kemudian tangan kanannya beralih untuk sedikit mengacak rambut poni wanita itu.
Baru saja berusaha untuk dapat menormalkan detak jantungnya kembali, Valle justru mendapat serangan jilid dua dari Nolan. Jika diperbolehkan, rasanya wanita itu ingin teriak sekencang-kencangnya sekarang ini.
Hatinya sudah tidak dapat berbohong. Valle, sudah jatuh ke dalam pesona Nolan.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari Valle, Nolan langsung menggenggam tangan wanita itu dan membawanya masuk ke dalam sebuah tempat yang dipilihnya untuk menjadi destiasi mereka berdua pada hari ini.
Tentu saja mau tidak mau Valle harus mengikuti tarikan tangan Nolan tadi. Sebab jika tidak, dirinya akan berakhir tersungkur di atas tanah yang ditumbuhi oleh rerumputan.
Untuk dapat sedikit mencairkan suasana, Valle berpikir keras sebua topik yang dapat menjadi awal dari pembicaraan mereka. Sebelumnya, tolong dicatat terlebih dahulu bahwa sebenarnya yang diliputi oleh kecanggungan di sini hanyalah wanita itu.
“Hahahahaha orang kaya mah hobinya emang beda yah!” celetuk Valle yang membuat Nolan menghentikan langkahnya secara mendadak. Hal itu tidak dapat Valle hindari, sehingga membuat dirinya berakhir dengan menabrak punggung lebar Nolan.
“Aduh sakit!” gerutu Valle sambil mengusap-ngusap bagian dahinya yang terkantuk tadi.
Nolan yang melihat hal itu langsung sigap untuk membalikkan tubuhnya dan sedikit memajukan tubuhnya ke arah Valle. Pria itu ikut memeriksa dahi Valle dan memberikan tiupan ringan ke sana, “Udah gapapa abis ini sembuh kok. Maaf ya.”
Valle mengangguk pasrah dengan sedikit meringis karena masih merasakan nyeri di dahinya.
“Selamat datang mas Nolan.”
Suara berat yang berasal dari belakang tubuh Nolan membuat pria itu sedikit menyingkir dari hadapan Valle, “Iya pak Maman, terima kasih.”
Valle mengernyit heran ke arah Nolan. Wanita itu seolah-olah memberikan isyarat tanda tanya besar sebab dirinya tidak mengenali orang yang tadi menyebutkan nama Nolan.
“Ini namanya pak Maman, Sha. Dia yang ngurusin kuda-kuda di sini,” jelas Nolan yang paham akan maksud Valle menatapnya tadi.
Pak Maman tersenyum ramah ke arah Valle, “Wah baru pertama kali nih si mas Nolan bawa cewe ke sini. Pasti mbaknya ini spesial ya mas?” tanya pak Maman sengaja ingin menjahili Nolan.
“Hehe iya nih pak. Spesial banget malah. Martabak telor dua mah masih kalah jauh,” jawab Nolan sambil menaik turunkan kedua alisya menatap Valle.
Valle terkejut dengan jawaban Nolan barusan. Dirinya menjad sedikit tersipu.
Nolan juga merasa aneh sendiri ketika mulutnya tadi dapat dengan lancar mengucapkan hal itu. Bagaimana bisa? Ternyata benar kata Jacob, dirinya sudah banyak berubah.
Jadi sebelumnya, kini Nolan dan Valle sedang berada di tempat di mana hewan kesayangan pria itu berada. Sedikit berbeda dari orang pada umumnya, hewan kesayangan yang dimaksud adalah kuda.
Maka dari itulah tidak heran jika Valle terus saja meragukan Nolan yang membawa dirinya ke sini. Masalahnya bukan hanya terdapat satu atau dua kuda saja, melainkan terdapat hampir 30 ekor banyaknya kuda yang ada di tempat ini.
Cukup banyak bukan? Yang pasti cukup membuat Valle tercengang akan hobil Nolan.
Belum lagi ditambah akan sebuah fakta di mana tempat ini bukan hanya tempat di mana kuda-kuda itu tingga. Melainkan juga terdapat hamparan tanah khusus yang biasa digunakan untuk berkuda juga.
Ternyata memang betul apa kata orang yang mengatakan bahwa kekayaan seorang pengusaha itu tidak main-main. Apalagi jika ditambah menjadi lebih spesifik seperti pengusaha batu bara contohnya.
Karena tidak mau berlama-lama, Nolan akhirnya mengajak Valle untuk memilih kuda mana yang akan menjadi tunggangan mereka pada hari ini, “Lo boleh pilih yang manapun, terserah.”
Kedua mata Valle mengerjap lucu ketika mendengar penuturan dari Nolan barusan.
Sejujurnya ketika pertama kali menginjakkan kakinya memasuki tempat di mana dapat terlihat kuda-kuda yang sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing, seperti ada yang makan, ada yang tidur, dan ada yang menatap penasaran ke arah dirinya, Valle sudah memutuskan untuk memilih kuda yang mana.
Sehingga wanita itu tidak merasa kesulitan harus memilih salah satu kuda diantara sekian banyaknya kuda yang ada di sini, “Mau yang itu, boleh?” ucap Valle sambil menunjuk salah satu kuda yang berwarna putih.
“Good choice!”
Valle tidak mengerti apa maksud Nolan mengatakan hal itu kepada dirinya. Namun suara pak Maman yang ikut menimbrung, kini membuatnya menjadi paham, “Itu kuda kesayangannya mas Nolan, mbak.”
Jika tadi Valle merasa sangat bersemangat untuk mencoba hal yang baru, namun kini justru semangat wanita tersebut yang tadinya berkobar-kobar telah tergantikan dengan perasaan ketakutannya.
Jadi ini yang dinamakan ketika hanya melihat saja itu akan terasa sangat mudah. Namun ketika kita melakukannya sendiri secara langsung maka akan baru terasa kesulitannya.
Valle terus saja bergelut dengan rasa takutnya untuk dapat mengendalikan seekor kuda putih pilihannya tadi. Wanita itu merasakan bahwa kuda ini tidak menyukainya. Padahal sebetulnya yang terjadi tidak demikian. Itu hanyalah sugestinya sendiri.
“Itu dipegang talinya, Sha. Dipegang buat ngarahin lo mau jalan ke mana!” ucap Nolan yang sedikit berteriak lantaran posisi keduanya yang berjauhan.
Bukannya melakukan apa yang baru saja disuruh oleh Nolan, Valle justru semakin gugup. “Gimana ih? Ini kudanya jalan seenak dirinya sendiri!” balas Valle dengan suara frustasinya.
“Ya udah, berhenti dulu. Berhenti,” ucap Nolan lagi dengan suara lembutnya. Pria itu berusaha mendekati Valle sambil menunggangi kudanya sendiri.
“Kalo gue tau caranya berhenti ya pasti gue udah berhenti dari tadi lah!” jawab Valle dengan sedikit sewot. Rupanya wanita itu sudah tidak dalam mood yang bagus.
Sekarang ini Nolan dan Valle sudah memasuki area untuk berkuda. Kedua sedang berada di atas kuda yang telah mereka pilih masing-masing.
Awalnya Valle bersih keras untuk menunggangi kudanya sendirian, padahal Nolan sudah sempat menawarkan agar mereka berkuda bersama saja.
Wanita itu menentang dengan keras ide Nolan dengan alasan ingin merasakan vibes berkuda seorang diri. Namun sebenarnya terdapat alasan lain dibalik hal itu.
Valle ingin dapat menyelamatkan jantungnya. Wanita itu takut jika dikabulkan untuk berkuda bersama dengan Nolan maka dirinya akan berakhir dilarikan ke rumah sakit sebab jantungnya yang jatuh ke perut.
Singkatnya, Valle takut terlihat salting di depan Nolan.
Tapi apa yang terjadi sekarang ini? Justru alasannya itulah membuat baik dirinya sendiri dan Nolan tidak dapat menikmati waktu mereka yang sedang berkuda. Hal itu dikarenakan Valle yang berulang kali berteriak histeris karena ketakutan.
Nolan menghentakkan kakinya untuk memacu kuda yang sedang dirinya tunggangi berlari lebih cepat. Tujuan Nolan sekarang adalah satu, yaitu menghentikan laju kuda kesayangannya yang kini sedang bersama dengan wanita kesayangannya juga.
Mungkin mulai hari ini Valle akan mengakui keberadaan dari pepatah berikut ini, “Bisa karena terbiasa”. Bagaimana Nolan bisa menghentikan kuda putih ini ketika dirinya sejak tadi kesulitan untuk melakukan hal tersebut?
“Makanya kan tadi udah gue bilangin biar bareng aja. Ngeyel sih!” sindir Nolan yang kini berusaha untuk ikut naik ke atas tubuh kuda kesayangannya.
Posisi pria itu berada tepat di belakang tubuh Valle. Kedua tangannya yang terulur untuk memegang tali kendali, membuat dirinya terlihat seperti sedang memeluk tubuh Valle dari belakang.
“Nah, kalo kaya gini kan enak.”
Valle terus saja merutuki dirinya di dalam hati. Wanita itu berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat terlihat biasa saja. Mengapa akhir-akhir ini begitu sulit menyembunyikan perasaannya di depan Nolan?
Nolan tiba-tiba memberhentikan kuda yang ditungganginya dengan Valle. Pria itu terdiam cukup lama hingga akhirya membuka suaranya, “Sha,” panggilnya tepat di telinga kanan Valle mengingat posisi keduanya yang kini sedang berdekatan.
Valle hanya berdeham singkat untuk menjawab panggilan Nolan tadi. Wanita itu masih berkutat pada urusan dirinya sendiri sehingga tidak terlalu memperhatikan Nolan.
“Sebenernya bukan cuma lo doang yang deg-degan. Tapi gue juga. Dari pas sebelum mau jemput lo malah.”
Kuda putih yang mereka tunggangi itu mendadak seperti akan berdiri. Hal itu membuat Valle yang masih termangu untuk dapat mencerna kata-kata Nolan barusan kehilangan keseimbangannya.
Beruntung Nolan dengan sigap menahan pinggang Valle sehingga hal buruk yang tidak diinginkan itu tidak jadi terjadi.
Tangan kanan Nolan yang melingkari pinggang Valle membuat wanita itu sedikit mengarahkan tubuhnya hampir ke arah belakang semua. Artinya kini mereka berdua sedang saling berhadapan.
Nolan menatap kedua manik Valle dengan begitu tulus. Sedangkan di sisi lain, Valle juga ikut tenggelam pada dalamnya iris hitam pekat milik pria itu.
Tidak sebentar mereka berdua melakukan sesi lomba adu tatap mata. Mungkin jika Nolan tidak melakukan hal ini, dirinya dan Valle masih terdiam seribu bahasa hanya saling melempar pandang.
“Coba deh rasain sendiri,” ucap Nolan sambil membawa tangan Valle dan meletakkan telapak tangan wanita itu tepat di atas dada sebelah kirinya.
Kedua mata Valle melotot sempurna begitu dirinya merasakan sesuatu dari sana. Ternyata detak jantung manusia bisa secepat itu ya? batinnya.
Tunggu dulu, jadi tadi maksud pria itu adalah bukan hanya Valle saja yang merasakan hal ini. Melainkan sama halnya dengan Nolan yang justru malah lebih parah lagi.
Nolan tersenyum kikuk ke arah Valle begitu dirinya mendapati ekspresi wajah Valle barusan ini.
“Gue seneng liat lo salting, Sha. Tapi ternyata liat lo yang lagi salting itu malah bikin gue berkali-kali lipat lebih salting dari lo, Sha.” Nolan menyugar rambutnya ke arah belakang kemudian menghembuskan napas beratnya.
“Oh I fuckin' love you babe!”
Nolan langsung memutuskan kontak matanya dengan Valle dan membuang mukanya ke arah samping. Pria itu teringat akan kejadian waktu itu di mana Valle yang masih belum dapat melupakan mantan kekasihnya.
Pria itu baru tersadar ketika dirinya memaksakan untuk mengungkapkan kembali apa yang ada di hatinya, maka hanyalah sakit dan kecewa yang menyambutnya nanti.
Untuk hanya sekedar memikirkan bagaimana rasanya dari semua itu membuatnya takut sendiri dan mengurungkan kembali niatnya tadi.
Ketika sedang kalut dengan berbagai macam pikiran buruk yang memutari isi otaknya, hingga membuat pria itu menjadi pening sendiri bahkan merasakan sesak, suara lirih Valle kembali mengambil atensinya.
“Me too.”
Nolan menatap bingung ke arah Valle. Pria itu masih dapat mendengar apa yang keluar dari belah bibir wanita yang ada di hadapannya sekarang. Namun rasanya dirinya tidak mau berekspetasi terlalu tinggi lagi.
Sebab ketahuilah, jatuh itu sakit.
Tangan Nolan yang tadinya sudah terlepas tidak memegang tali kendali kuda, kini sedang berusaha mengambil tali tersebut berniat untuk kembali.
Namun sayangnya pergerakan Nolan terhenti karena ditahan oleh tangan Valle.
“I love you.” “I love you too, Olan.”
Valle mengucapkan kalimat pengakuan tadi dengan menatap dalam ke arah Nolan. Wanita itu berharap bahwa kini sorot matanya juga akan memancarkan ketulusan seperti yang biasanya ia peroleh dari Nolan.
Siapapun itu tolong katakan kepada Nolan sekarang juga. Tolong katakan kepada pria itu bahwa semua perjuangannya kini telah berbuah manis. Tolong katakan bahwa rasanya kini sudah terbalaskan oleh orang ia nantikan.
Sepertinya Nolan kini telah bersiap untuk mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam dengan live musik yang full. Pria itu ingin sekali memberikan pengumuman kepada seluruh penjuru negeri ini bahwa Eshanya kini sudah mencintai dirinya juga.
Wanita yang berhasil menarik perhatiannya ketika baru pertama kali bertemu. Wanita yang berhasil membuat dirinya mematahkan prinsip hidupnya sendiri. Wanita yang berhasil mematahkan hatinya untuk yang kali pertama.
Semuanya terjadi karena wanita itu.
Wanita yang membuat Nolan ingin selalu ada untuk dirinya. Wanita yang membuat Nolan ingin dapat menghiburnya ketika sedih. Wanita yang membuat Nolan ingin selalu merengkuh tubuh mungilnya.
Hanya wanita itu seorang, tidak ada yang lainnya.
Jika ditanya apakah tujuan Nolan pada saat ini? Jawabannya simple. Pria itu ingin dapat menjadi seorang penjaga yang membahagiakan wanitanya.
“Sha, can i be your guardian?”
Mengapa pertanyaan ajakan untuk menjalin hubungan kisah kasihnya dengan Valle diawali dengan kalimat seperti itu?
Mengapa tidak menggunakan kata-kata yang manis seperti orang-orang pada umumnya?
Semua itu karena Nolan paham betul.
Jika Eshanya terluka, maka dirinya pun demikian.
by scndbrr