Pertemuan Yang Ketiga

Kata orang, jika pertemuan yang tidak disengaja terjadi hingga tiga kali itu berarti jodoh. Lantas, apakah kita dapat menyebut perjumpaan Nolan dan Valle juga demikian? Mereka berdua berjodoh?

Entahlah, namun satu hal yang pasti semua yang terjadi di dalam kehidupan mereka berdua sekarang merupakan skenario yang telah disusun dengan Sang Pemilik Semesta ini dengan sedemikian rupa.

Mau tidak mau dan suka tidak suka, baik Nolan dan Valle memang harus menerima bagaimana garis takdir kehidupan yang telah digambar oleh pencipta mereka bukan? Karena sebetulnya mau menolak pun mereka tak bisa.

Kebetulan adalah satu kata yang sangat sering diucapkan oleh orang lain ketika diri mereka mengalami sesuatu hal yang tiba-tiba terjadi begitu saja di dalam kehidupannya. Mungkin, bagi sebagian besar kata itu tidak memiki arti lebih, akan tetapi tidak bagi kedua insan itu.

Nolan dan Valle.

Mereka berdua juga ingin mempercayai bahwa semua hal yang terjadi pada belakangan ini merupakan ketidaksengajaan yang terbentuk begitu saja. Bahkan jika ditanya berapa persentasenya, mereka berdua pun tidak tahu sebab saking tidak mungkinnya.

Namun, sekali lagi mengapa kedua kaki mereka seolah-olah membawa satu sama lain untuk dapat terus berjumpa? Terlebih semuanya terjadi di tempat-tempat yang mereka berdua tidak pernah sangka sebelumnya.

Seperti pada saat ini, Nolan yang terpaksa untuk memeriksakan dirinya ke salah satu dokter umum yang merupakan sahabat karib dari kakak kandungnya itu justru melihat sosok wanita yang tidak asing lagi di matanya?

Nolan kenal betul siapa pemilik senyuman manis yang kini terlihat sedang menunjukkan lengkungan yang tercetak jelas pada bibirnya kepada salah satu anak kecil yang juga berlaku demikian ke arahnya.

Tunggu dulu, apa katanya tadi? Barusan ini, Nolan mengatakan hal yang keramat bukan? Pemilik senyuman manis? Jadi, pria itu mengakui bahwa seorang Vallesha Eleanor memiliki senyuman yang manis di matanya?

Sebetulnya siapapun yang mengetahui keadaan Nolan saat ini akan langsung tahu apa yang sedang terjadi dengan pria itu. Perasaan ragu? Tidak tahu? Sudah jelas-jelas sikapnya pada beberapa hari ini menunjukkan bahwa dirinya tengah... Baiklah, biarkan Nolan sendiri yang mengatakannya jika pria itu sudah siap.

Kembali lagi. Ketika kedua netranya menangkap bayangan wanita yang sedang memenuhi pikirannya itu, entah mengapa timbul rasa yang aneh bagi dirinya sendiri. Rasa itu sangatlah begitu asing.

Karena sangat asingnya perasaan tadi, hingga membuat Nolan secara tidak sadar turut menyunggingkan senyuman tulus. Ini adalah sebuah fenomena yang langka. Sungguh. Sebab dapat dihitung dengan jari berapa kali pria itu mau menarik sudut bibirnya ke atas.

Terlebih lagi, senyuman itu terlihat teduh dan menenangkan untuk kita pandang. Sangat murni dan tulus seakan-akan memang tidak memiliki motif apapun di baliknya.

“Kakak cantik banget ih! Nanti kalau sudah besar aku bisa gak ya secantik kakak?” celetuk seorang anak kecil perempuan yang sedang berbincang dengan Valle.

Valle sengaja sedikit merendahkan tubuhnya menjadi hampir dalam posisi berlutut di lantai untuk dapat menyamakan tingginya dengan anak kecil tadi, “Ya pastinya bisa dong sayang! Bahkan kakak tebak, kamu bakalan lebih berkali-kali lipat cantiknya dari kakak!” jawab Valle dengan semangat.

Anak perempuan tadi sedikit tersipu malu dengan apa yang telah diucapkan oleh Valle barusan kepadanya. Dirinya menutupi berusaha untuk wajahnya dengan kedua tangan kecilnya yang tidak dapat menjangkau seluruh permukaan wajahnya sendiri karena terlampau kecil.

Valle yang melihat hal itu lantas terkekeh karena merasa terlalu gemas dengan sikap dari anak perempuan ini. Tangan kanannya terulur untuk mengusap lembut rambut anak kecil yang kini ada di hadapannya.

“Eh tapi, umur aku bakalan sampe kaya kakak sekarang gak ya?”

Deg.

Tangan Valle refleks berhenti bergerak di kepala anak tadi. Dirinya terkejut bukan main ketika mendengar kalimat pertanyaan yang langsung membuat hatinya berdenyut nyeri begitu rungunya mendengarknya. Dirinya iba kepada anak perempuan ini.

Ketika semua itu masih ditambah lagi dengan raut wajah polos sang anak perempuan yang terpampang jelas di sana, semakin membuat rasa sesak yang ada di dalam dada Valle membuncah. Kedua matanya memanas, tidak tahan untuk dapat segera melepaskan cairan bening yang mulai menggenang di pelupuknya.

Valle mati-matian menahan rasa sedihnya sekuat tenaga. Selain tidak ingin terlihat seperti orang yang cengeng, tentu saja perempuan itu tidak mau membuat perasaan rapuh anak perempuan ini yang sudah mulai putus asa dengan nasibnya melihat hal tersebut.

Tenang saja, Valle dapat menyembunyikan semua rasa sedihnya dengan baik tanpa membuat sang anak perempuan ini menyadarinya. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-harinya, wanita itu sudah terlatih untuk dapat menyimpan semua lukanya.

Bagi siapapun yang belum mengenal sosok Valle lebih dalam, maka yang akan mereka ketahui dari dirinya adalah sebagai seorang wanita ceria yang hidup dengan bahagia seolah tanpa beban. Namun, mereka semua tidak tahu jika selama ini Valle menggunakan topeng yang begitu tebal.

Drrttt drrtt drrtt.

Suara getar ponsel milik Valle mengalihkan perhatiannya. Sebuah nama yang terlihat jelas di layar membuat dirinya terheran sebab bingung mengapa orang tersebut menghubunginya.

Meskipun masih diliputi oleh rasa bingung yang mengerubunginya, Valle tetap ingin berterima kasih kepada orang ini, sebab karena dirinya lah Valle dapat memiliki alasan untuk pergi dari tempat ini sekarang juga.

Bukan. Bukannya Valle tidak mau meluangkan sedikit waktunya untuk sekedar mengobrol ringan dan melemparkan canda tawa dnegan anak-anak yang dirawat pada bangsal ini. Namun, karena kalimat pertanyan yang tidak mampu Valle jawab barusan, membuat dirinya merasa tidak sanggup lagi jika harus berlama-lama di sini.

Valle sangat tidak tahan dengan hal yang menyangkut tentang kematian. Sebab menurutnya, sudah cukup kehilangan yang dirinya rasakan saat itu. Jangan sampai lagi. Memang tidak mungkin, namun setidaknya biarkan wanita ini pulih dari rasa traumanya terlebih dahulu.

“Maaf, kakak pergi dulu ya. Kakak ternyata udah dicariin sama temen kakak nih,” pamit Valle kepada anak perempuan tadi sambil mengangkat tangannya yang sedang memegang ponselnya untuk memperlihatkan kepada anak itu.

Sang anak perempuan tadi hanya menanggapinya dengan menganggukkan kepalanya saja. Valle yang melihat hal itu langsung segera bergegas pergi dari bangsal anak ini.

Setelah sampai di sebuah taman yang terletak tidak jauh dari tempat tadi, Valle kemudian menggeser tombol hijau yang ada pada ponselnya untuk menjawab panggilan dari orang yang ada di seberang sana.

“Halo, Vall?” “Maaf, kamu lagi sibuk ya? Tumben kok ngangkat telponnya lama.”

“H-halo?” “Iya tadi lagi ada urusan, kakak ngapain nelpon aku?”

”...”

“Kak?” “Kak Morgan, halo?”

“P-pernikahan aku sama Aurora bakal dilaksanain lusa...” “Kamu bisa dateng kan?”

Astaga apalagi kali ini? Mengapa hari ini banyak sekali yang membuat Valle ingin meneteskan air matanya? Pertahanan yang sudah dibangunnya dengan sangat baik di hadapan anak perempuan tadi runtuh begitu saja.

Valle, wanita itu kini tengah menangis.

“Vall?”

Menyadari Valle yang tidak segera menanggapi pertanyannya barusan, Morgan -mantan kekasihnya itu bertanya lagi.

“Kalo kamu gak bisa juga gakpapa kok, aku gak bakalan maksa” “Aku bisa ngertiin perasaan kamu.”

Dengan kamu nelpon aku sekarang dan ngabarin hal ini aja, itu tandanya kamu sama sekali gak ada mikirin aku kak, batin Valle.

“Tenang aja kak, aku pastiin aku bakal dateng ke pernikahan kamu.”

Tut.

Setelah mengatakan hal yang kini membuat dirinya sangat menyesal karena telah berani mengambil tindakan gila tersebut, Valle langsung memutuskan sambungan telponnya dengan Morgan.

Kini wanita itu sedang menarik rambutnya sendiri karena merasa sangat frustasi atas aksi bodohnya barusan. Dirinya mengelap bekas air matanya yang ada di pipi mulusnya itu dengan gerakan yang kasar. Kemudian melenggang pergi meninggalkan rumah sakit tempat sang kakak bekerja.

Valle tidak menyadari sejak dirinya menerima panggilan suara dari mantan kekasihnya itu terdapat orang lain yang mengikutinya secara diam-diam hingga membuat orang tadi juga mendengar jelas perbincangannya di telpon.

Gue rasa gue tau harus gimana, batin orang tersebut.

by scndbrr