Masa Lalu, Musuh Terkuat
Valle yang sedang mengistirahatkan matanya sejenak pada sore hari ini dikarenakan wanita itu terlalu banyak melihat serial drama Korea sehingga membuat matanya panas merasa terusik dengan suara orang-orang yang terdengar asyik berbincang di depan sana.
Karena sudah terlanjur terbangun dari tidurnya dan tidak dapat lagi untuk memejamkan matanya kembali meskipun wanita itu sudah berusaha dengan sekuat tenaganya, akhirnya Valle memilih untuk bangun dari ranjangnya dan berniat keluar dari kamarnya.
Betapa terkejutnya wanita itu karena dirinya menangkap bayangan sosok yang sudah tidak asing lagi di matanya. Sosok itu terlihat sedang berbicara santai dengan sang bunda dengan sesekali melemparkan candaan ringan.
Valle yang masih tidak dapat mempercayai situasi yang tengah disaksikan oleh kedua mata kepalanya sendiri ini berusaha untuk mengusap kedua matanya dengan tangannya sendiri. Dirinya melakukan itu berulang kali.
Setelah memastikan bahwa semua ini adalah kenyataan yang sedang dihadapinya ketika dirinya baru saja bangun dari tidur siang, wanita itu berteriak dengan nyaring karena masih tidak percaya, “AAAAAA!!”
Teriakannya tadi ternyata sukses mengalihkan atensi kedua orang yang sedang mengobrol di ruang tamu tadi. Bunda Seira yang melihat putri bungsunya itu langsung berdiri dan berjalan mendekat ke arahnya lantaran panik takut terjadi sesuatu dengan Valle.
Tidak hanya sang bunda, ternyata sosok yang menjadi lawan bicara dari bunda juga refleks ikut berdiri bahkan justru dirinya berlari mendahului bunda untuk menghampiri Valle yang masih berdiri di depan pintu kamarnya sendiri.
“Eh lo kenapa?” ucap sosok itu yang terlihat sangat khawatir. Tangannya terulur untuk memegangi tubuh Valle.
Valle menatap sosok itu dengan tatapan tidak percaya. Ternyata kedua matanya masih berfungsi dengan sempurna, pikir wanita itu.
Bunda Seira yang awalnya panik mendengar suara jeritan putrinya itu kini menyunggingkan senyum meledeknya ke arah Valle, “Segitu kagetnya kah Lee kamu ketemu sama mas pacar?” ucap sang bunda yang membuat Valle dan Nolan yang tadi sedang saling beradu tatap langsung memutuskan kontak mata mereka berdua.
Valle yang menyadari tatapan jahil sang bunda yang menatap tangan Nolan pada lengannya berusaha untuk melepaskan tangan Nolan dari sana.
Nolan menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal begitu paham dengan apa yang dimaksud dengan Valle. “S-sorry,” cicit pria itu dengan suara yang terdengar sangat pelan.
Baru saja Valle ingin membuka mulutnya untuk menjelaskan semua kejadian ini, sang bunda berbicara terlebih dahulu memotong kalimat yang ingin Valle ucapkan, “Iya boleh kok.”
Valle mengernyit bingung. Kedua matanya memancarkan sorot tatapan penuh dengan tanda tanya. Wanita itu tidak memahami maksud dari bundanya ini.
“Nolan udah bilang barusan. Dia minta izin ke bunda,” jelas sang bunda yang masih belum dapat dicerna oleh Valle. Tolonglah siapapun itu, jelaskan maksud dari bundanya ini berkata demikian. Sepertinya kesadaran Valle belum pulih sepenuhnya. Masih terdapat beberapa bagian yang tertinggal pada bunga tidurnya tadi.
Berbeda dengan Valle yang menggambarkan dengan jelas guratan pada wajahnya, Nolan justru rasanya ingin tertawa lepas pada saat ini juga. Pria itu terlihat tidak dapat menahan rasa gemasnya dengan wajah polos Valle ketika sedang kebingungan seperti ini.
Lucu sekali, batinnya.
“Kita sekarang bakal liburan ke pulau pribadi gue. Gue udah dapet izin dari bunda lo barusan,” ucap Nolan karena tidak mau membuat Valle terjerembab dalam rasa penasarannya begitu lama.
“H-hah?” Valle terlihat seperti orang llinglung berusaha untuk mengonfirmasi sesuatu.
Bunda Seira meninggalkan putri bungsunya itu dengan orang yang diketahui sebagai kekasihnya. Sang bunda berlalu ke kamar Valle untuk menyiapkan beberapa barang pribadi wanita ituy yang sekiranya harus dibawa bepergia hari ini.
Sepertinya sang bunda dapat menangkap bahwa acara ini semacam kejutan. Maka dari itu Valle tidak memahami maksud dari Nolan kepadanya. Karena tidak ingin membuang waktu terlalu banyak, akhirnya sang bunda memutuskan untuk turun tangan.
“Lo lagi gak ada job kan sampe besok?” tanya Nolan kembali. Valle menggelengkan kepalanya untuk menjawa pertanyaan dari lawan bicaranya ini.
Tangan Valle terulur untuk menyibakkan rambut panjang wanita itu belakang, “Eh maksud lo tadi apaan deh?”
Belum sempat Nolan menjawab, bunda Seira keluar dari kamar Valle membawa satu tas yang ukurannya tidak begitu besar namun juga tidak dapat dikatakan kecil.
“Nih, barang-barang kamu udah bunda siapin. Sana pergi sekarang aja, takutnya temen-temen yang lain juga udah nungguin kalian kan?” ucap sang bunda sambil sedikit mendorong Valle ke depan.
Tubuh Valle sedikit terhunyung ke depan karena tindakan tiba-tiba yang dilakukan oleh bundanya itu. Beruntung Nolan dengan peka menggapai tangannya sehingga wanita itu tidak terjatuh tersungkur di lantai.
Nolan yang tadinya melingkarkan jemarinya pada pergelangan tangan Valle beralih untuk menggenggam tangan kiri wanita itu, “Oke bund, kita berdua pamit pergi dulu ya. Makasih bunda,” pamit Nolan yang kemudian meraih tangan kanan sang bunda dan menciumnya.
Valle yang masih kebingungan kini ditambah dibuat bingung lagi ketika dirinya bertemu dengan sahabatnya sendiri di bandara, “Syakira?” panggil Valle dari jauh yang membuat orang tersebut menolehkan kepalanya kemudian melambaikan tangannya untuk menyapa Valle.
“Lo?–”
“Dia dateng sama gue,” celetuk Jacob yang tiba-tiba muncul dari arah belakang kemudian merangkul Syakira.
“Kalian?”
Syakira yang mengerti arah pembicaraan Valle langsung menggeleng dan mengucapkan kata 'belum' tanpa bersuara.
Nolan menarik pergelangan tangan Valle dengan pelan kemudian membawanya untuk mengikutinya masuk ke dalam pesawat pribadi milik keluarganya itu.
Semua orang kini sudah duduk manis pada kursi penumpang yang tersedia. Jumlah total orang yang akan pergi adalah delapan orang. Diantaranya ada Nolan, Valle, Jacob, Syakira, Rego, Shanon kekasihnya Rego, Khava, dan Visya sepupunya Khava.
Orang yang dikenal oleh Valle jumlahnya hanya dua. Yaitu ada Nolan dan Syakira. Sisanya wanita itu tidak tahu.
Untuk posisi duduknya mereka semua menyesuaikannya dengan pasangan masing-masing. Tentu saja itu artinya Nolan dan Valle kini duduk berdampingan.
Langit sore hari yang sangat cantik memanjakan kedua mata mereka semua. Semua orang tampak kagum memandanginya. Sama halnya dengan Valle. Namun bedanya, ketika yang lain tengah sibuk mengambil gambar menggunakan ponsel mereka. Valle justru hanya melihatnya dengan matanya saja.
Nolan terus memperhatikan wajah cantik Valle. Senyuman yang begitu manis terbit pada bibir wanita itu yang membuat Nolan lebih memilih untuk melihat hal ini ketimbang keindahan langit tadi.
Menurut pria itu senyuman ini lebih indah dari hal apapun.
“Gue tau lo udah gapapa. Tapi gue juga tau lo masih belum bisa ngusir rasa sedih lo kan?” tanya Nolan yang mengalihkan atensi Valle. Wanita itu memandang wajah Nolan dengan tatapan tidak terbaca.
“Gue ngajak lo liburan biar pikiran lo bisa jadi lebih fresh aja. Biar nanti kalo lo lagi ada kerjaan juga bisa ngerjainnya dengan baik,” ucap Nolan yang sengaja menjeda kalimatnya.
“Singkatnya, gue mau bikin lo move on dari mantan lo itu.”
Kedua netra hitam kecoklatan milik Valle menatap lurus tepat pada netra kepunyaan Nolan yang berwarna hitam pekat. Wanita itu dapat melihat ketulusan yang terpancar dari sana.
Hal itu membuat darah Valle berdesir. Jantungnya kini berdetak dengan tempo yang tidak beraturan. Tubuh wanita ini panas dingin dan sepertinya pipi putihnya sekarang sudah mengeluarkan semburat berwarna merah muda.
Perasaan apa ini? batin Valle.
Tangan Nolan terulur untuk mengambil sejumput rambut Valle yang terjuntai bebeas kemudian menyelipkannya pada telinga wanita tersebut, “Gue bantu buat ngelupain dia. Boleh ya?”
Bukannya menjawab, Valle justru memalingkan wajahnya ke arah samping tepat pada jendela. “G-gue ngantuk. Mau tidur,” ucap Valle yang membuat Nolan menghembuskan napasnya dengan berat.
Jujur saja pria itu sedikit kecewa dengan sikap Valle yang menghindari pertanyaannya barusan secara terang-terangan. Namun, apa boleh buat.
Menurut pria itu sangat wajar jika Valle bersikap demikian. Jika wanita ini membutuhkan waktu, maka Nolan akan dapat menunggunya dengan senang hati.
Di sisi lain memang benar adanya jika Valle berusaha untuk menghindar. Wanita itu tidak mau menjawab pertanyaan Nolan tadi. Namun, tanpa Nolan ketahui wanita itu memiliki alasan lain.
Dirinya berusaha mati-matian untuk menahan rasa takutnya yang sedang melawan rasa traumanya untuk mendudukkan diri pada kursi penumpang pesawat ini.
Karena sudah kalut begitu rungunya mendengar jawaban Valle yang tidak mengenakkan untuk dirinya sendiri, Nolan tidak sadar dengan wanita yang kini berada tepat di sampingnya sedang menggeliat tidak nyaman dan tubuhnya terus mengeluarkan keringat dingin.
Perjalan yang ditempuh menggunakan transportasi udara tadi memang tidak memakan waktu yang cukup lama. Mungkin hanya sekitar 60 menit saja. Kini mereka semua telah tiba di tempat yang menjadi tujuan mereka.
Karena hari masih menunjukkan pukul lima sore yang artinya belum terlalu malam, akhirnya Nolan memutuskan untuk melaksanakan rencananya sekarang juga.
Selain memiliki pulau dan pesawat pribadi, keluarga Nolan juga memiliki sertifikat resmi atas kepemilikan beberapa kapal pesiar atau yacht. Bahkan Nolan juga tergabung di dalam salah satu klub besarnya.
Nolan sudah menyiapkan beberapa kapal pesiar. Hal itu dirinya lakukan dengan maksud supaya nanti pria itu dapat menaiki kapal pesiar yang berbeda dengan teman-temannya yang lain.
Dengan kata lain, Nolan hanya ingin berduaan dengan Valle saja.
Rencana Nolan berhasil. Pria itu kini berada di kapal pesiar dengan Valle. Pada awalnya Valle sempat menolak, namun dengan bantuan teman-teman Nolan akhirnya rencananya dapat terealisasikan.
Ini adalah kali pertamanya Valle menaiki kapal pesiar semewah ini. Terlebih lagi disupiri langsung oleh Nolan. Tidak dapat dipungkiri, Valle sangat bahagia sekarang karena dapat melupakan Morgan untuk sejenak.
Sejenak.
Langit biru muda yang mulai bertransformasi menjadi jingga kemerahan membuat panorama ini semakin terlihat apik. Perpaduannya dengan air laut yang berwarna biru tua kehijauan sangat pas untuk dipandang.
Nolan menghentikan kapal pesiar kemudian beralih keluar dari ruang kemudi. Pria itu berjalan menghampiri Valle yang sedang berdiri di bagian belakang kapal ini.
Valle merentangkan kedua tangannya lebar-lebar kemudian memejamkan kedua matanya untuk menikmati sepoi angin yang menyapu surainya.
Kedua sudut bibir wanita itu terangkat ke atas menikamati ketenangan yang membuat perasaannya menjadi sejahtera. Entah mengapa namun semuanya terasa sangatlah damai.
Valle menyukainya.
Nolan yang tiba-tiba saja melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping milik Valle membuat wanita itu tersentak kaget. Valle berusaha untuk melepaskan kedua tangan Nolan yang bertautan tepat di depan perutnya.
Sayangnya sekeras apapun wanita itu mencoba, namun usahanya tetaplah gagal. Tenaganya tidak sebanding dengan milik pria itu. “Tunggu sebentar. Gini aja dulu. Sebentar aja,” ucap Nolan yang menumpangkan dagunya pada salah satu sisi pundak Valle.
Valle terdiam mematung begitu dirinya dapat merasakan sapuan hangat napas Nolan pada ceruk lehernya. Wanita itu menggeliat merasa tidak nyaman dengan posisinya yang seperti ini.
Nolan tidak menghiraukan hal tersebut. Pria itu justru lebih memilih untuk menyamankan tangannya yang merengkuh tubuh Valle dari belakang.
“Sha, kata abang gue. Semua orang pasti butuh kepastian.”
Valle menolehkan kepalanya ke samping kiri untuk dapat melihat wajah Nolan yang baru saja berucap demikian. Posisi ini membuat wajahnya terlampau dekat dengan wajah Nolan.
“Kalo kasus kita, kira-kira yang butuh kepastian siapa? Gue apa lo, Sha?” tanya Nolan yang menatap lamat-lamat manik Valle. Tatapan Nolan begitu dalam. Pria itu sedang dalam mode seriusnya.
Valle yang gugup dan bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan yang jawabannya dirinya sendiri pun tidak tahu itu berniat untuk kembali memandang ke arah depan sana.
Namun sebelum Valle melakukan hal itu, salah satu tangan Nolan terlepas dari pinggangnya kemudian beralih untuk meraih dagu Valle. Pria itu menarik dagu Valle dengan pelan ke arahnya.
Tidak bodoh, Valle mengetahui maksud dari Nolan. Wanita itu tahu hal apa yang akan dilakukan oleh pria ini. Akan tetapi bukannya menepis tangan Nolan, Valle justru terdiam seolah-olah memberikan izin kepada Nolan untuk melakukan hal itu.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan kepadanya, Nolan kemudian langsung melancarkan aksinya. Pria itu menyatukan kedua bibir mereka.
Cup.
Benda kenyal nan basah milik keduanya bertumpukan saling meninding satu sama lain. Tidak ada gerakan apapun dari Nolan. Pria itu hanya mendiamkan dirinya dan tidak berniat untuk melakukan hal yang lebih dari ini.
Ketika dirasa cukup, Nolan melepaskan bibir mereka berdua dan memandang wajah Valle yang kini berubah menjadi sedikit merah.
Sama halnya dengan Nolan, Valle memandang wajah Nolan tatapan yang sulit untuk dapat diartikan.
Namun, pada detik berikutnya hal yang dilakukan oleh Valle membuat kedua mata Nolan membola lantaran terkejut.
Valle, wanita itu menarik salah satu sisi kerah baju Nolan ke arah dirinya sendiri.
Cup.
Kedua bibir mereka kembali bertemu dengan pagutan yang lebih dalam. Meskipun pada awalnya Nolan kaget dengan aksi Valle, namun pria itu mampu menyesuaikannya dengan cepat.
Nolan tanpa ragu menggerakkan bibirnya untuk dapat membelai seluruh bagian bibir milik Valle. Tangan kanannya ia letakkan pada sisi kiri pinggang ramping Valle dan tangan kirinya ia letakkan pada tengkuk Valle untuk dapat memperdalam tautan mereka.
Valle menerima semua perbuatan Nolan atas dirinya. Terbukti dengan dirinya yang tidak mau kalah turut membalas ciuman dari Nolan.
“Emmhh,” lenguh Valle begitu lidah Nolan berhasil menerobos masuk ke dalam mulutnya dan mengeksplor bagian dalam mulutnya.
Tangan Nolan yang berada di pinggang Valle juga tidak tinggal diam begitu saja. Tangannya bergerak untuk sedikit memberikan remasan kecil di sana.
Ciuman mereka berdua semakin panas. Entah saliva milik siapa yang sudah berceceran di sekitar area mulut mereka. Mungkin gabungan milik keduanya.
Nolan yang merasa gemas sedikit menggigit bibir bawa Valle yang membuat wanita itu tidak dapat menahan desahannya. “Eungghh.”
Ketika tersadar akan sesuatu, Valle langsung mendorong tubuh Nolan untuk menjauhi dirinya. Hal itu membuat pagutan bibir mereka terlepas begitu saja.
Nolan menatap bingung ke arah Valle. Pria itu tidak tahu mengapa Valle tiba-tiba berbuat demikian.
“G-gak.” “Gak b-bisa.” “K-kita b-belum bisa.”
Dengan napas yang tersengal-sengal Valle berusaha untuk mengucapkan kalimat itu.
Nolan tidak menjawabnya, menurut pria itu wanita yang kini berada di hapadannya masih belum menyelesaikan kalimatnya.
“G-gue gak mau jadiin lo tempat pelampiasan kak Morgan.”
Drrtt drrtt drrtt.
Suara getar telpon yang menginterupsi keduanya membuat pandangan Valle dan Nolan tertuju pada benda persegi panjang yang digenggam oleh Valle.
Kak Morgan is calling...
Nolan menatap penuh harap ke arah Valle dan menggelengkan kepalanya dengan ribut. Pria itu berharap bahwa Valle tidak mengangkat panggilan dari orang yang ada di seberang sana.
Valle sempat menatap Nolan kemudian beralih menatap layar ponselnya yang tertera display name mantan kekasihnya. Wanita itu melakukan hal ini berulang kali. Sepertinya dirinya sedang diliputi oleh kebimbangan.
Setelah memutuskan apa yang harus dirinya lakukan. Valle mengulum bibirnya kemudian mengucapkan sebuah kata tanpa bersuara ke arah Nolan.
“Maaf.”
Valle berjalan memasuki kapal pesiar, meninggalkan Nolan yang menatap punggungnya dengan tatapan yang begitu kecewa. Hati pria itu terasa berdenyut nyeri melihat wanita yang disukainya meninggalkannya hanya demi mantan kekasihnya yang sudah beristri.
Nolan pikir, pelayaran mereka berdua menggunakan kapal pesiar pada sore menjelang hari ini akan membawa mereka pada satu pelabuhan yang sama.
Nolan pikir, dirinya telah berhasil memenangkan hati Valle. Setelah dirinya dapat memenangkan hati sang bunda dan sang kakak dari wanita ini, dirinya berharap Valle juga akan mau menyerahkan hatinya.
Nolan pikir, kisah cinta pertama kalinya ini akan dapat berjalan dengan mulus. Semuanya yang sedang dialami oleh Nolan saat ini adalah yang pertama.
Namun sayang, garis yang bernama takdir sepertinya masih berkata lain. Pemilik semesta ini sepertinya belum rela menyerahkan rasa manis akan kebahagiaan untuk dirinya.
Semua yang terjadi pertama kali kepada kita harus kita upayakan dengan sangat baik. Kita harus mengabadikan momen tersebut di dalam diri kita. Kita harus berusaha semaksimal mungkin agar hasilnya kelas juga baik.
Jika sekarang yang terjadi pada Nolan seperti ini, lantas pria itu harus apa?
Terlalu sulit rasanya jika harus bersaing dengan yang namanya masa lalu. Masa lalu itu adalah sesuatu yang terjadi di masa lampau namun kenangannya begitu kuat hingga membekas untuk selamanya.
Bagaimana bisa Nolan dapat mengalahkan itu semua? Siapapun katakan kepada pria itu caranya. Sebab jika tidak, sepertinya pria itu akan sangat frustasi memikirkannya.
Semuanya terlalu baru bagi Nolan. Semua masih pertama kali bagi Nolan untuk pria itu rasakan. Maka sakit yang diterimanya sekarang bukanlah barang yang sepele.
Apakah Nolan harus menyerah sampai di sini?
by scndbrr