Trauma
Suara ketukan yang dihasilkan dari gesekan ujung buku-buku tangan Jeremmy dengan pintu terdengar nyaring.
Laki-laki tengah berada di depan pintu depan rumah Aretha dalam keadaan emosi.
Aretha yang masih berada di dalam rumah menjadi sangat ketakutan.
Belum lagi ketika laki-laki menyerukan namanya untuk segera membukakan pintu untuknya.
Dengan langkah gontai, Aretha berjalan menuju ke sana dan berniat untuk membuka pintu.
Gadis itu berulang kali meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak akan terjadi hal buruk.
Ceklek
Pintu depan rumahnya pun akhirnya terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
Jeremmy dengan tidak sopannya langsung masuk ke dalam begitu saja.
Netranya menangkap piring-piring yang telah tertata rapi lengkap dengan hidangannya di atas meja makan.
Jeremmy merasa geram kemudian secara tiba-tiba membalikkan tubuh besarnya itu.
Hal itu sukses membuat dahi Aretha tidak sengaja menabrak dada bidangnya.
“Katanya mau latihan!” “Tapi apa itu?” “Kalian mau breakfast bareng?” seru Jeremmy dengan napas yang memburu.
“Ki-kita beneran emang cuma latihan, kak.” “Soal makanan itu, karena kita sama-sama ngkewatin breakfast.” “Jadi ya kita mau brunch bareng.” “Udah itu aja.” jelas Aretha dengan suara gemetar.
“Halah banyak alasan!!” “Bilang aja kalo kamu suka sama dia kan, Ar?!!” cerca Jeremmy.
“Apa-apaan sih kak?” “Kak Je, kok kaya gitu ngomongnya?” tanya Aretha balik yang sudah muak dengan sikap Jeremmy.
Jeremmy tak mengindahkan perkataan yang keluar dari mulut kekasihnya itu.
Dirinya justru melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke meja makan.
Entah kerasukan setan mana laki-laki itu sekarang.
Prang Prang Prang
Dengan bringas tangannya terjulur untuk mengambil piring-piring itu dan membantingnya kuat-kuat ke lantai.
Aretha yang melihat itupun menjadi sangat ketakutan.
Tubuhnya beringsut ke lantai yang dingin.
Badannya bergetar dengan hebat.
Muka gadis itu terlihat memutih dan semakin pucat.
Bulir bening pun mulai berkeluaran dari ujung-ujung mata cantiknya.
Setelah merusah semua peralatan makan yang ada di sana, Jeremmy menghampiri Aretha.
Laki-laki itu dengan kasar mencengkeram kuat pipi Aretha.
Terlihat jelas pada netranya bahwa ia sangat marah sekarang.
Aretha yang melihat itu pun mulai meracau dengan tidak jelas.
“J-jangan!!” “Jangan sakiti bundah dan ayah!!” “P-pergi! Pergi kalian!!”
Gadis itu mulai berontak berusaha melepaskan dirinya dari Jeremmy.
“Aaaaaaaaaaa!!!” “B-bunda, ayah jangan pergi!!”
Jeremmy yang melihat keadaan Aretha pun tidak memiliki niat mengendurkan cengkeraman tangannya.
Brak
“WOI ANJING!! LEPASIN DIA BANGSAT!!!” suara pemuda yang tak asing terdengar dari arah pintu depan.
Dia, Jenan.
Entah apa yang membuat dirinya kembali lagi ke rumah ini, tapi yang pasti Aretha bisa aman sekarang.
“Lah bang Jeremmy?!” Jenan terkejut bukan main, pasalnya dirinya bertemu dengan seniornya ketika masih SMA.
“Lo ga usah ikut campur!” “Ini urusan gue sama cewe gue!!” Jeremmy menekankan kalimat terakhirnya.
“Tapi lo bisa kan bang, ga usah kasar gini sama cewe?!” “Apalagi katanya dia cewe lo!!” jawab Jenan yang berusaha menutupi keterkejutannya setelah mendengar penuturan Jeremmy.
“Lo brisik!!”
Jeremmy hendak meraih lengan Aretha, namun dirinya gagal sebab Jenan melayangkan bogeman mentah ke pipinya.
“Gue bilang jangan kasar bang!!”
Jeremmy yang tersungkur ke lantai akibat dari tinjuan kuat Jenan bangkit dengan niat untuk membalasnya.
“Ada apa ini?!” “Kalian ngapain disini?!” “Kenapa rumah gue jadi berantakan?!”
Dion memasuki rumahnya itu bersama seorang pemuda lain di sampingnya.
Netra Dion menangkap sosok adiknya yang masih terduduk di lantai.
Aretha melipat kedua kakinya dan kedua tangannya terus memukul-mukul kepalanya serta meracau tidak jelas.
Dion segera menghampiri Aretha dan menenangkannga dengan sebuah pelukan hangat.
“Aretha, tenang ya Ar.” “Ada abang di sini.” “Semuanya udah aman.” ucap Dion dengan lembut sambil tangannya mengusap-usap surai adiknya.
“B-bang, mereka jahat sama bunda ayah” “Bunda ayah, berdarah bang!” racau Aretha sambil meremat ujung pakaian Dion.
“Sssttttt enggak enggak.” “Bundah sama ayah udah bahagia di surga.” “Itu semua cuma masa lalu, Ar.” Dion masih sabar untuk menenangkan Aretha.
Jenan yang melihat itu mematung. Dirinya sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
Dirinya terlampau terkejut dengan hal-hal yang baru saja ia alami pada hari ini.
Terlebih ketika dirianya melihat secara langsung lawan mainnya dalam keadaan seperti itu.
“Kalian semua pulang sekarang!” ucap tegas Dion yang terkesan tidak ingin dibantah.
Jeremmy akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana terlebih dahulu.
Kemudian Jenan dan pemuda yang tadi datang bersam Dion pun juga berlaku demikian.
© scndbrr