Sejak kendaraan roda empat milik Nolan melaju membelah jalan raya yang cukup padat pada malam hari ini, Valle terus saja bergerak gelisah.
Kedua tangannya bertaut saling meremas dan wanita itu menggigiti bibir bagian bawahnya untuk menyalurkan perasaan gugup yang menyelimutinya.
Pada awalnya Nolan tidak menyadari hal tersebut.
Namun ketika mobilnya berhenti di belakang garis marka mengikuti lampu apill di depan sana yang memancarkan sinar merah, pria itu memalingkan wajahnya ke arah samping, tempat Valle duduk dan akhirnya mengetahuinya.
Tanpa berbasa-basi lagi, Nolan langsung mengambil salah satu tangan Valle yang masih saling bertaut tadi kemudian digenggamnya dengan erat dan diletakkan di atas pahanya sendiri.
Valle sedikit tersentak karena terkejut dengan perbuatan tiba-tiba yang dilakukan oleh Nolan barusan. Wanita itu mengerutkan dahinya dan menyatukan alisnya, menatap Nolan dengan raut wajah kebingungan.
Mengerti tanda tanya yang terpampang dengan jelas di dahi wanita itu, Nolan hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman yang sangat manis.
Bahkan senyuman tadi kelewat manis hingga Valle pun secara tidak sadar juga ikut tersenyum dengan sendirinya. Wanita itu mampu melupakan perasaan gugupnya sejenak.
Ketika lampu lalu lintas telah berganti warna menjadi hijau, Nolan bergegas kembali melajukan mobilnya agar dapat segera sampai di tempat yang menjadi tujuannya dengan Valle saat ini.
Rumah Nolan.
Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu lama, Nolan dan Valle akhirnya telah sampai.
Valle masih saja tercengang dari saat kendaraan roda empat yang ditumpanginya itu membawanya masuk ke dalam perumahan elit yang diisi dengan deretan rumah mewah.
Memang benar jika Valle sudah mengetahui fakta bahwa kekasihnya ini adalahnya putra dari seorang pengusaha batu bara yang terkenal sangat kaya raya.
Namun, tetap saja rasanya masih sulit mempercayainya. Valle menjadi semakin rendah diri dan merasa bahwa dirinya tidak pantas dapat bersanding dengan sosok Nolan Azerio.
Lagi dan lagi, kedua manik Nolan itu sangatlah jeli jika menyangkut wanitanya. Dirinya dapat kembali menangkap basah Valle yang kini terlihat lebih gusar daripada tadi.
Wajah cantik kekasihya yang sedikit tertunduk mampu menjelaskan apa yang sedang dirasakan oleh dirinya itu.
Terdengar hembusan napas pelan dari Nolan sebelum pria itu memajukan tubuhnya supaya tangannya dapat meraih dan membukakan sabuk pengaman Valle.
Valle menahan napasnya sendiri karena kini jarah wajahnya dan wajah Nolan sangatlah begitu dekat. Mungkin hanya terdapat ruang beberapa inci saja.
Klik.
Meskipun sabuk pengaman Valle sudah terlepas, namun Nolan tidak kunjung menyingkir dari hadapan Valle. Hal itu tentu saja membuat Valle masih saja menahan napasnya hingga kini wajahnya menjadi memerah.
Nolan mengecup pelan bibir ranum Valle yang terlihat menggoda di matanya sebab hari ini sepertinya wanita itu memoleskan pewarna bibir yang berbeda dari biasanya.
Cup.
Hanya kecupan lembut dan singkat yang Nolan berikan. Pria itu tidak berniat untuk melumat bibir kekasihnya, sebab dirinya tahu hal itu akan memakan waktu yang cukup lama.
Keluargnya sudah menunggu mereka berdua di dalam bukan?
“Bernapas sayang,” ucap Nolan dengan suara baritonnya yang mampu menggetarkan hati Valle.
Valle mengerjapkan kedua matanya lucu setelah dirinya terkejut mendapatkan kecupan ringan dari kekasihnya ini.
Nolan terkekeh melihat kegemasan yang disuguhkan di depan kedua matanya secara langsung.
Tangannya terulur untuk mengusap surai milik Valle. Pria itu melakukannya dengan sangat hati-hati, takut merusak tatanan rambut yang telah dipersiapkan wanitanya ini.
“Sayang, nanti kamu cukup jadi diri kamu sendiri aja. Cukup jadi seorang Vallesha Eleanor yang biasanya,” ucap Nolan sambil memainkan jemari lentik milik Valle.
“Alasan aku sayang dan cinta sama kamu itu bukan karena kamu cantik. Bukan juga karena kamu seorang model yang terkenal.” Nolan menjeda kalimatnya untuk menatap manik Valle dengan begitu dalam.
Telapak tangan kanan Nolan menangkup salah satu sisi pipi Valle dan ibu jarinya bergerak untuk mengusapnya, “Tapi alasan aku cuma satu. Ya itu karena kamu Vallesha Eleanor, bukan yang lain.” Nolan
“Kalo cuma karena kamu cantik. Itu artinya nanti kalo kamu udah tua terus jadi nenek-nenek yang keriput, aku udah ga sayang lagi dong sama kamu?”
“Kalo juga cuma karena kamu itu seorang model terkenal. Berarti nanti kalo kamu udah pensiun jadi model atau kaya sekarang ini contohnya kamu lagi sep, aku udah ga cinta lagi sama kamu?”
“Jawabannya udah pasti enggak kan?” ujar Nolan dengan begitu tegas menandakan bahwa pria itu bersungguh-sungguh dengan penuturannya barusan.
“Aku cuma mau kamu. Aku sayang sama kamu karena kamu itu ya kamu, sayang. Ngerti kan sekarang, cantik?” tanya Nolan yang mendapatkan anggukan lemah dari lawan bicaranya ini.
Melihat kekasihnya yang masih terlihat ragu, Nolan langsung menarik tangan Valle dan membuat tubuh mungil milik wanita itu masuk ke dalam rengkuhan hangatnya.
Kedua tangan besar Nolan bergantian mengusap punggung sempit Valle, “It's okay, everything will be fine.”
Nolan melepaskan dekapannya. Pria itu keluar dari mobil terlebih dahulu kemudian berjalan memutari mobil untuk sampai tepat di samping pintu penumpang Valle.
Pria itu membukakan pintu untuk Valle dan mengulurkan tangannya untuk menjadi pegangan bagi sang kekasih.
Salah satu tangannya yang menganggur diangkatnya untuk menutupi bagian atas mobil, berniat supaya kepala Valle tidak terkantuk benda keras tersebut.
Kedua anak manusia itu berjalan beriringan dengan kedua tangan mereka yang saling menggenggam satu sama lain untuk memasuki sebuah bangunan besar yang merupakan rumah Nolan.
Kata-kata dari Nolan tadi dipegang dengan teguh oleh Valle. Wanita itu merasa menjadi lebih baik setelah meresapi kata-kata penenang yang diberikan olah sang tambatan hatinya.
Terbukti dengan saat ini. Valle berhasil menerapkannya dengan bersikap seperti dirinya yang biasanya di depan kedua orang tua dan kakak Nolan.
Wanita itu tidak canggung dengan mama Nolan. Bahkan Valle tidak segan-segan untuk melemparkan candaaan ringan kepada wanita paruh baya yang kecantikannya masih paripurna meskipun usianya sudah hampir setengah abad.
Mama Nolan tampak dengan senang hati bercengkerama dengan Valle karena wanita itu juga memang sudah mengenal dan pernah bertemu dengannya.
Sebetulnya ketika Nolan dan Valle memasuki rumah, Harla sedikit kaget begitu matanya menangkap bayangan Valle yang sedang digandeng oleh putra bungsunya.
Jadi ternyata wanita ini yang dimaksud oleh Nolan, batinnya.
Karena sudah lama Harla menanti-nantikan hari ini di dalam hidupnya, tentu saja wanita itu mendukung penuh keputusan Nolan yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius dengan Valle.
Harla ini adalah tipikal orang tua zaman sekarang. Dirinya memiliki pikiran yang open minded sehingga tidak terlalu mempermasalahkan keinginan Valle untuk menjadi seorang wanita karir meski nanti dirinya sudah menikah.
Karena dirinya pun juga demikian. Sehingga dapat dikatakan, Harla seperti sedang bercermin jika sedang bersama dengan Valle. Dirinya dapat melihat pribadinya sendiri di dalam diri Valle.
“Ayo Vallesha, kita makan dulu yuk. Makanannya udah siap tuh,” ajak Harla yang langsung melingkarkan lengannya dengan lengan Valle.
Kedua wanita itu berjalan terlebih dahulu di depan sana meninggalkan para kaum adam yang mengekori mereka.
Baru saja tangan Valle terulur untuk menarik kursi tempatnya duduk, gerakan cepat yang dilakukan Nolan untuk melakukan hal yang sama membuat Valle tersenyum kikuk begitu dirinya menyadari semua mata kini tertuju padanya dan Nolan.
“Sini, Sha. Duduk,” ucap Nolan yang mempersilahkan Valle duduk.
Javio, kakak Nolan itu hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adeknya yang terlihat begitu asing di depannya ini.
Dirinya baru pertama kali melihat Nolan mau melakukan hal seperti itu untuk orang lain.
Tidak sampai di situ saja. Nolan kembali membuat seluruh atensi keluarganya terpusat kembali kepada dirinya hanya dengan perkataannya barusan.
“Bi, olahan udang sama kerangnya jangan lupa ya.”
Harla langsung menatap Nolan dengan pandangan yang tidak terbaca. Wanita paruh baya itu bingung akan maksud Nolan yang berbicara seperti itu kepada pelayan rumahnya.
“Oh, tenang aja itu bukan buat aku kok ma. Esha yang suka sama udang dan kerang,” jelasnya tanpa melihat ke arah mamanya. Pria itu justru sibuk menuangkan air tawar ke gelas milik Valle.
Harla tertawa renyah melihat sikap perhatian yang diberikan oleh putranya kepada kekasih hatinya itu. Dirinya tidak menyangka jika anak secuek Nolan ternyata juga bisa berbuat demikian.
Acara makan malam keluarga itu berlangsung dengan lancar. Ketakutan yang sempat terbesit pada benak Valle sirna begitu saja berkat Nolan yang selalu membuatnya merasa nyaman di sini.
Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia dengan kehadiran orang baru di rumah mereka ini. Valle, yang sebentar lagi akan menjadi bagian keluarga mereka.
Namun terkecuali dengan satu orang. Orang itu sejak tadi hanya berdiam diri saja. Dirinya tidak menyambut Valle dengan baik seperti yang lainnya.
Entah apa alasan dari orang tersebut. Yang pasti, orang itu tidak menyukai Valle.
by scndbrr