Racauan Jevano

Jevano sejak tadi terus-terusan menenggak minuman beralkohol tanpa henti.

Bahkan teman-temannya yang melihat itu menjadi ngeri sendiri jadinya.

Pasalnya yang mereka tahu, teman mereka yang satu ini bukanlah tipe orang yang suka mabuk-mabukan kecuali dirinya sedang ada masalah.

That's the point! Masalah.

Tapi masalah apa yang membuat pria itu menjadi bertindak sejauh ini?

“Woi udah woi!! Lo minum alkohol udah kayak minum es teh aja dah,” celetuk Yarsa yang sudah tidak tahan dengan Jevano.

“Lo lagi ada masalah apaan kali ini?” kini Darrel yang bertanya kepadanya.

“Abis nikah tuh harusnya bawaannya happy, lah ini malah jadi kaya orang yang lagi mikirin negara aja,” tambah Taka sambil mengambil gelas yang baru saja akan diteguk lagi oleh Jevano.

“Lo laki bro! harus gentle dong kalo lagi ada masalah,” ucap Johan yang membuat Jevano menatapnya dengan tatapan tajam.

“Lo semua ga tau apa-apa!” “Jadi, ga usah banyak bacot!!”

Sepertinya mood CEO kita sedang kurang baik. Bukan Jevano sekali berbicara seperti tadi.

Keempat temannya pun hanya dapat memaklumi perlakuan Jevano kepada mereka.

Mereka pikir, pada malam ini mereka akan bersenang-senang dan mengenang masa lalu ketika masih kuliah dulu.

Namun sayangnya yang mereka dapatkan justru hanya melihat pemandangan seorang pria yang teler.

Kalau kata Yarsa mah “Mau digratisin juga nih minuman, udah kaga napsu gue”.

Jevano kini mulai meracau dengan tidak jelas.

Mungkin itu adalah efek dari kadar alkohol yang tidak main-main dalam minuman tadi.

“Emm... gue khawatir.” “Ga! ga boleh nginep.” “Gue ga mau dia dalam bahaya!” “Mereka itu cowo normal, ga peduli udah kenal dari SMA!”

“Gue ga boleh kaya gini...” “Gue kenapa sih?!” “Gue harusnya seneng dong kalo dia kenapa-napa!” “Ck, Jevano sadar! lo lagi berurusan sama siapa sekarang!”

Racauan yang dilantunkan oleh Jevano sukses membuat kening keempat temannya itu berkerut cukup dalam.

Mereka semua bingung dengan maksud rentetan kata yang keluar dari mulut temannya ini.

“Gren.” “Grena.” “Agrena.” “Agrena Khanzanaya.”

Itu ada ucapan terakhir Jevano sebelum dirinya benar-benar tumbang secara total.

Kepalanya terkantuk dengan meja bar dan detik berikutnya terdengar dengkuran halus serta sebuah gumaman.

“Grena, grena, grena...”

© scndbrr