Boleh Pulang

Matahari memunculkan batang hidungnya secara gamblang dan tidak malu-malu. Setelah semalaman penuh langit mengguyur tanah dengan volume air yang besar, kini hawa hangat melingkupi suasana pada pagi hari ini.

Grena saat ini sedang menyantap sarapan paginya yang baru saja diantarkan oleh petugas. Sesungguhnya gadis itu malas untuk makan pagi. Namun dengan kehadiran sang suami yang ada di sampingnya sekarang, wanita itu tidak berani untuk membantah perkataan yang keluar dari mulut Jevano yang cenderung ke arah perintah bersifat otoriter.

“Dia kira, dia tuh reinkarnasinya Hitler apa ya?! Orang gue ga laper juga, eh tetep aja dipaksa!!” batin Grena di dalam hati sambil menatap tajam ke arah Jevano yang sedang sibuk menata makanan untuk istrinya itu di meja lipat yang ada di atas brankar.

“Udah siap, cepetan dimakan terus minum obat.”

“Hm.”

Sepertinya tadi ada yang bilang jika dirinya tidak lapar. Tetapi kenapa sekarang sosok yang mengatakan hal tersebut justru tampak khusyuk menikmati hidangan yang ada di hadapannya? Bahkan, wajah wanita itu hampir saja hilang karena ditelan mangkuk kaca berwarna bening yang berisi sup ayam.

Jevano menyunggingkan senyuman tipis pada bibirnya ketika melihat tingkah laku Grena. Pria itu tidak dapat memungkiri bahwa tindakan istrinya itu terkesan lucu. Dirinya seperti sedang melihat Keysha, keponakannya yang sedang makan di hadapannya sekarang.


Sekarang pukul 3 sore. Grena terpantau sedang scrolling timeline media sosial twitternya. Jika wanita itu bosan, maka dirinya akan membuka aplikasi media sosial yang lain seperti instagram, kemudian akan sibuk melakukan selca sambil mencoba beberapa filter yang baru.

Jevano baru saja datang ke rumah sakit setelah tadi pagi harus meninggalkan Grena sendirian selepas wanita itu menyantap sarapannya. Pasalnya selama kurang lebih hampir 4 hari ini Grena dirawat inap, selama itulah Jevano juga tidak masuk kerja. Alhasil banyak meeting penting dengan para client yang tertunda.

Srek

“Selamat sore ibu Grena dan bapak Jevano,” sapa Windra dengan ramah begitu memasuki ruangan ini.

“Selamat sore juga dok,” jawab Grena sambil menganggukkan kepalanya sekali dan tersenyum ke arah Windra.

“Gimana? Masih ada yang dirasain?”

“Emm... udah ga ada kok dok. Saya udah ngrasa segeran.”

“Semalam bisa tidur nyenyak atau sulit tidur?”

“Nyenyak banget dok, sampai mendengkur malah,” sahut Jevano yang membuat Grena melebarkan kedua matanya dan merutuki pria itu dengan mengumpat tanpa bersuara.

“Hahaha bagus itu malah.” “Kalau sarapan sama tadi siang habis tidak ya?”

“Habis dong. Makannya aja sampai kaya orang kelaparan yang belum dikasih makan sebulan.”

Rasanya Grena ingin lompat dari atas ranjang sekarang dan membekap mulut suaminya yang membuat darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun. Ya memang tidak salah sih, karena apa yang dikatakan Jevano dari tadi itu benar adanya. Namun maksud Grena, apakah suaminya itu tidak bisa sedikit menyaring kata-kata yang digunakannya?

“Baik kalau begitu hari ini ibu Grena sudah diperbolehkan untuk pulang,” ucap Windra setelah sibuk membolak-balikkan lembaran kertas yang dijepit oleh sebuah papan dada.

Pernyataan sang dokter barusan membuat Grena senang setengah mati. Tampaknya wanita itu sudah berada pada puncak kebosanannya yang tidak bisa melakukan apa-apa selain bermain ponsel dan menonton tv seharian di kamar ini. Jangan lupa dengan fakta bahwa dirinya juga harus selalu menghabiskan semua makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit.

“Oh ya, kenalin gue Windra. Temennya Jevano pas kuliah. Gue juga kenal lo kok, Gren. Lo masa ga kenal gue?” Windra langsung beralih dari mode formalnya menjadi santai.

“Eh?” Grena mengernyitkan dahinya karena kebingungan.

“Yah ternyata gue ga sepopuler si Jevano ya?” suara yang sengaja dibuat-buat seakan sedang kecewa itu terucap dengan lirih.

Grena menatap lurus kedua manik Jevano seolah-olah meminta Jevano untuk segera menariknya dari momen yang canggung ini. Namun sayangnya Jevano hanya mengendikkan bahunya acuh. Bisa-bisanya dirinya tidak mengetahui keberadaan kakak tingkatnya yang satu ini sama sekali, padahal Windra mengatakan bahwa dia mengenali Grena.

Entahlah. Yang pasti jangan salahkan Grena. Sebab wanita itu orangnya pelupa sekali. Bahkan di pagi hari dirinya masih sering ribut mencari scrunchie yang jelas-jelas sudah melingkari pergelangan tanganya dengan manis.

© scndbrr