Pergi Berdua
Hening adalah suasana yang kini sedang menyelimuti kedua anak manusia ini.
Baik Jenan maupun Aretha sama-sama terdiam dan bungkam tidak mau bicara.
Sudah terhitung 30 menit lamanya waktu telah berlalu, namun Jenan masih saja setia mendekap Aretha.
Ketika Aretha mulai merasa canggung dan tidak nyaman, akhirnya dirinya yang lebih dulu melepaskan diri dari rengkuhan Jenan.
“Makasih ya Jen, sorry ngrepotin.” ucap Aretha kepada Jenan. Aretha terlihat menghindari tatapan mata Jenan, bahkan ia mengucapkan kalimat tadi sambil menunduk ke bawah.
Jenan yang melihat itu hanya menghela nafas kecil. Tangan kekarnya itu meraih dagu Aretha, bermaksud agar gadis itu menatap netranya.
“Gue tau suatu tempat yang bisa bikin lo lebih tenang.” “Biasanya gue ke sana kalo lagi ada masalah.” “Lo mau ikut gue ke sana?” tanya Jenan kepada Aretha.
“Di mana?” “Emang ga ngrepotin lo?” bukannya menjawab, Aretha justru bertanya balik.
Tanpa mengucapkan barang sepatah kata lagi, Jenan menggenggam tangan kecil Aretha dan mulai berjalan meninggalkan lokasi syuting itu.
Beruntung Jenan tadi sudah menyuruh Theo pulang duluan dan memintanya untuk meminjamkan mobilnya kepadanya. Jadi dirinya bisa pergi bersama Aretha dengan mengendarai mobil milik Theo.
Kerumunan para fans Aretha maupun Jenan yang melakukan unjuk rasa sudah bubar. Hal itu tentu saja membuat mereka berdua lebih mudah untuk pergi dari sana.
Selama kendaraan beroda empat ini membelah padatnya jalan raya untuk dapat sampai ke tempat tujuan yang tadi telah disebutkan oleh Jenan, hanya ada suara halus dari mesin mobil dan suara radio yang terdengar.
Aretha merasa sedikit kikuk untuk memulai percakapan dengan Jenan karena ia merasa malu telah menangis bahkan hingga dipeluk oleh Jenan.
Padahal ini sama sekali bukanlah Aretha banget. Gadis biasanya sangat bawel dan selalu saja memiliki topik pembicaraan yang membuat lawan biacaranya menjadi nyaman berada di dekatnya.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan yang dimaksud oleh Jenan.
Ternyata Jenan membawa Aretha ke sebuah danau yang sangat indah. Tapi Aretha bingung sebab dirinya belum pernah ke sini atau mendengar tentang tempat ini.
“Wahh bagus banget tempatnya, Jen.” “Kok gue ga tau ada tempat sebagus ini ya?” ucap Aretha dengan netranya yang terlihat berbinar.
“Iya, karena ini tempat privat gue.” “Khusus gue doang yang bisa ke sini.” jawab Jenan dengan jujur.
Namun di sisi lain, Aretha justru tertawa terbahak-bahak dan terkesan mengejek Jenan.
“Heh lo kalo mau boong mah sama bocil aja, Jen.” “Ya kali lo boongin gue.” ucap Aretha kepada Jenan.
“Ya udah kalo lo ga percaya.” balas Jenan sambil mengendikkan bahunya tanpa berniat untuk mendebat Aretha.
Di sinilah mereka berdua sekarang berada. Duduk berdampingan sambil memandang ke arah danau yang terlihat tenang.
“Kalo gue biasanya duduk di sini sambil liatin air danau kalo lagi marah, sedih, atau ada masalah.” “Rasanya bisa bikin gue jadi tenang.” ucap Jenan memandang lurus ke depan tanpa menolehkan kepalanya.
“Lo bener.” “Gue ngrasa lebih tenang sekarang.” balas Aretha yang juga melakukan hal yang sama dengan Jenan.
Tanpa diketahui oleh Aretha, mendengar ucapannya barusan membuat kedua sudut bibir Jenan mulai tertarik ke atas dan menyunggingkan senyuman kecil yang terpatri di sana.
“Mulai sekarang lo boleh ke sini kalo lo lagi pengen buat nenangin diri.” “Kalo perlu, ajak gue juga gapapa.” ucap Jenan dengan nada bicara serius dan raut wajah yang terlihat tulus.
“Eh gue lupa ngabarin kak Mario kalo pergi sama lo.” ucap Aretha panik yang tak menggubris perkataan Jenan barusan.
Akhirnya mereka berdua meinggalkan tempat itu dan Jenan memutuskan untuk segera mengantar Aretha pulang ke rumahnya.
© scndbrr