Merajuk

Di sinilah pasangan suami-istri itu kini tengah berada.

Mereka duduk berdampingan di dalam sebuah mobil sedan mewah dengan merk ternama kepunyaan Jevano.

Kendaraan roda empat itu tampak sedang membelah jalan raya yang terlihat cukup padat.

Jevano memandang lurus ke depan sana untuk memastikan bahwa dirinya menyetir dengan baik, ia tidak mau menyebabkan kecelakaan.

Sedangkan Grena hanya menatap kosong ke arah jendela yang ada di sebelah kirinya, memperhatikan kendaraan lain.

Baik Jevano maupun Grena diam, mereka sama-sama bungkam seolah malas membuka percakapan.

Hanya terdapat suara nafas yang bersahutan beradu dengan suara halus yang dihasilkan oleh mobil ini.

Entah mengapa, namun rasanya hawa di sekitar mereka berdua sudah dingin sejak Jevano pulang dari kantornya dan menemui Grena.

Sepertinya wanita itu sedang marah dengan suaminya.

Jevano merupakan sosok pribadi yang memang tidak suka banyak berbicara.

Namun berada di dalam situasi seperti ini bersama Grena membuatnya merasa tidak nyaman.

Akhirnya pria itu mengalah, mengesampingkan egonya sejenak untuk memulai obrolan dengan istrinya yang duduk di kursi penumpang.

“Grena, kamu marah dengan saya?”

”...”

Nihil, Jevano yang sudah berusaha untuk mencairkan suasana tidak mendapat gubrisan apapun dari wanitanya.

Bahkan kini Grena terlihat sedang membenarkan posisi tempat duduknya dan menyandarkan punggung sempitnya pada kursi.

Kedua matanya dengan sengaja wanita itu pejamkan. Dirinya bermaksud untuk membuat Jevano berhenti mengajaknya berbicara.

“Kalau soal Graciella asisten kamu, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sendiri yang memang berniat untuk mengundurkan diri.”

Setelah mengatakan hal itu, Jevano menoleh sejenak ke samping tepat ke arah wajah istrinya.

Melihat wanita itu hanya terdiam tanpa membalas ucapannya barusan membuat pria itu menghela nafas dengan cukup dalam.

“Grena benar-benar marah,” pikirnya.

Jika kalian pikir wanita itu sudah berkelana di dunia mimpinya, maka kalian salah.

Tidak.

Agrena tidak terlelap, bahkan wanita itu mendengarkan perkataan suaminya dengan seksama.

Dirinya menjadi berpikir bahwa benar juga adanya jika ini semua keinginan Grace sendiri.

Maka baik dirinya sendiri hingga Jevano pun tidak bisa memaksanya untuk tetap di sini.

Itu masuk akal.

Yang tidak masuk akal adalah mengapa saat asistennya itu mengundurkan diri, Jevano dapat dengan sigap langsung mendapatkan orang lain yang bisa menjadi asisten barunya?

Apalagi itu semua terjadi dalam rentang waktu yang sangat begitu singkat.

Aneh bukan? Setidaknya itu yang membuat pikiran Grena menjadi kacau.

Dirinya menjadi memiliki pikiran buruk terhadap suaminya. Ia berpikir bahwa Jevano berkaitan dengan alasan Grace berhenti bekerja.

Entahlah, tidak ada yang tahu secara pasti kecuali orang-orang yang berkaitan langsung dengan hal tersebut.

Jevano akhirnya segera menginjak pedal gas begitu warna lampu lalu lintas di depan sana telah berubah warna menjadi hijau.

Ia segera melajukan mobilnya menuju ke tempat yang mereka berdua akan tuju.

Kediaman keluarga Adelard, rumah orang tua Jevano.

© scndbrr