Let's Grow Old Together

Kedua tangan Nolan meremat stir kemudi mobilnya dengan begitu erat. Pria itu seakan-akan melampiaskan kekesalannya saat ini.

Mengapa? Mengapa harus sekarang? Ini adalah momen penting yang amat dinanti-nantikan oleh pria itu.

Usapan lembut yang dirasakan Nolan pada punggung tangannya membuat dirinya menoleh sekilas ke arah kursi penumpang yang ada di sampingnya.

“Gapapa,” ucap Valle dengan bersungguh-sungguh.

Wanita itu tidak terlalu mempermasalahkan acaranya yang gagal ini. Menurutnya, tanggung jawab kekasihnya sekarang yang sudah menjadi seorang CEO tidaklah main-main.

Sudah dapat dipastikan jika jadwal pria itu akan bertambah padat. Maka ketika terjadi hal seperti ini, dirinya tidak akan keberatan untuk mengalah.

Garis lengkung yng terpatri karena kedua sudut bibir wanitanya yang tertarik ke atas itu, membuat Nolan menghembuskan napasnya dengan kasar.

Pria itu dapat sedikit merasa lega karena memiliki seorang pacar yang begitu pengertian. Namun, di sisi lain dirinya juga merasa bersalah karena pada pertemuan pertama mereka setelah belakangan ini tidak berjumpa berakhir dengan begitu cepat.

Ditambah lagi dengan persiapa yang telah dilakukan oleh Nolan untuk melamar Valle. Bukan masalah berapa jumlah nominal yang telah dikeluarkan olehnya untuk mempersiapkan segalanya itu.

Ini adalah soal waktu.

Nolan tidak ingin menyia-nyiakan waktunya terlalu lama. Dirinya sudah sangat yakin akan keputusan yang diambilnya.

“Maaf...,” lirih Nolan setelah menepikan mobilnya dengan suara yang begitu kecil hingga hampir tidak terdengar.

Valle menggelengkan kepalanya kemudian sedikit memajukan tubuhnya ke arah Nolan. Wanita itu mengulurkan tangannya untuk meraih dagu Nolan dan membawa wajah Nolan menghadap ke arahnya.

No! Jangan minta maaf, sayang. Gapapa. Aku gapapa kok.”

Nolan merapikan surai Valle yang menutupi wajah cantik wanita itu, “Bentar aja. Ini cuma bentar doang kok. Kalo aku minta kamu buat nunggu, kamu mau?”

Mendapat jawaban anggukan gemas dari kekasihnya membuat Nolan terkekeh kemudian membawa wanitanya itu untuk masuk ke dalam rengkuhan hangatnya.

“Makasih, sayang.”


Ting tong... Ting tong... Ting tong...

Suara bel apartemen milik Valle terus berbunyi sejak tadi. Valle yang medengar hal itu mengerutkan dahinya heran sebab kini jarum panjang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Siapa yang bertamu malam-malam begini, batinnya.

Sebelumnya, Valle memang sudah tinggal sendiri di sebuah unit apartemen yang dibelinya dengan hasil jerih payahnya sendiri.

Wanita itu memutuskan untuk keluar dari rumah ayah dan bunda bukan karena terdapat suatu masalah dengan mereka, melainkan dengan dalih tidak ingin merepotkan keluarga baik itu terlalu jauh.

Ayah, bunda, dan kak Yumna hanya dapat menerima keputusan Valle dengan berat hati begitu si bungsu menyampaikan keinginannya untuk pindah ke apartemen.

Meskipun demikian, hubungan Valle dengan keluarga yang telah merawat dirinya dari kecil itu tidak putus. Mereka akan saling meluangkan waktunya masing-masing untuk dapat berjumpa dengan satu sama lain.

Kembali lagi, Valle menjadi sedikit was-was ketika bel apartemennya tidak kunjung berhenti berbunyi sejak tadi. Wanita ini termasuk ke dalam jajaran orang yang penakut.

Ting.

Suara yang menandakan adanya pesan masuk pada ponsel milik Valle membuat atensi wanita itu seluruhnya tertuju pada benda persegi panjang yang tergeletak di atas nakas sebelah ranjangnya.

Cantik, udah tidur? Aku di depan apart kamu, sayang.

Tanpa berlama-lama lagi Valle langsung bergegas untuk membukakan pintu apartemennya. Ternyata itu adalah prianya.

Ceklek.

“Loh kamu kok? Urusannya udamhhpptt!”

Begitu pintu yang menjadi sekat di depannya ini terbuka dan memunculkan sosok yang begitu dirinya ingin temui, Nolan langsung masuk dan mempertemukan bibirnya dengan bibir ranum milik Valle.

Pria itu melumat bibir Valle dengan begitu lembut hingga aksinya ini sukses membuat Valle menjadi mabuk kepayang. Valle akui skill mencium Nolan begitu baik. Sudah seperti pro player saja pria ini.

Tangan besar Nolan meraih tengkuk Valle dan menekannya untuk dapat memperdalam pagutan mereka berdua. Semakin lama, ciuman lembut tadi berubah menjadi sedikit agresif.

Valle yang merasakan pasokan oksigennya sudah mulai menipis memukul-mukul pelan bahu Nolan meminta agar pria itu untuk melepaskan tautan mereka sejenak.

Nolan yang mengerti kode dari Valle akhirnya melakukan hal yang dimaksud dari wanita itu. Dirinya memandangi penampakan Valle yang sudah berantakan akibat ulahnya.

Wajahnya yang memerah, buliran bening sebesar biji jagung pada sudut-sudut dahi wanita itu, dan deru napasnya yang tersengal-sengal membuat Nolan tersenyum tertahan melihatnya.

Tangan besar laki-laki itu membelai lembut wajah cantik kekasihnya ini, “Cantik. Kamu selalu cantik.”

Gerakan Nolan yang menggendong dirinya membuat Valle terkejut bukan main. Wanita itu berusaha untuk melepaskan dirinya dari gendongan Nolan, namun sayangnya usahanya sia-sia. Tenaganya kalah kuat dengan pria itu.

“E-eh ini ngapain pake digendong-gendong segala sih?” Tanya Valle yang masih berusaha untuk melepaskan dirinya.

Nolan tidak menjawab pertanyaan wanitanya itu. Dirinya berjalan masuk ke dalam unit apartemen sang kekasih dan menuju ke arah dapur.

Pria itu mendudukkan kekasihnya di atas bar pantry yang ada di sana. “Vallesha Eleanor, happy birthday!

Kedua mata Valle membola sempurna begitu rungunya mendengar ucapan Nolan barusan.

Hari ini adalah hari lahirnya? Ke mana saja dirinya hingga melupakan hari bersejarah di hidupnya, hari di mana ia lahir ke dunia ini.

“Makasih ya? Makasih karena udah hadir di dalam hidup aku. Makasih karena udah bantu aku buat mewarnai hari-hari aku. Makasih juga karena udah buat aku berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.”

Nolan menjeda kalimatnya sebentar untuk dapat mengambil napas, “Doa terbaik aku akan selalu menyertai kamu, Sha. Bahagia terus ya cantik. I love you!

Valle menarik kerah kemeja yang dipakai oleh Nolan. Wanita itu menyatukan benda kenyal kepunyaan mereka berdua masing-masing kembali.

Nolan membalas tindakan Valle dengan senang hati. Pria itu sesekali menghisap bibir bagian atas wanitanya dan juga menusupkan benda lunak tak bertulang miliknya untuk mengeksplor bagian dalam mulut Valle.

“Eungghh”

Terdengar lenguhan dari Valle yang menurut Nolan begitu merdu di telinganya. Suara tadi membuat dirinya semakin gencar memiringkan kepalanya mencari posisi yang paling nyaman.

Valle melampiaskan apa yang sedang dirasakannya sekarang dengan menjambak kecil rambut Nolan.

Tangan Nolan tidak dibiarkan menganggur begitu saja oleh sang empunya. Keduanya bertengger dengan manis pada pinggang ramping Valle dan memberikan gerakan remasan di sana.

Kedua muda-mudi ini saling memagut dalam waktu yang cukup lama. Setelah dirasa puas, akhirnya mereka berdua dengan tidak rela melepaskan tautan bibir mereka.

“Sayang?” Panggil Nolan dengan suara lembutnya.

“Heung? Hahh... hhah.. hahh...” Jawab Valle yang masih berusaha untuk menstabilkan napasnya yang terputus-putus.

Nolan mengacak rambut Valle gemas dengan wajah sayu wanita itu.

“Apa? Kamu mau ngomong apa?” Tanya Valle yang penasaran dengan tujuan Nolan memanggilnya barusan ini.

Nolan menyugar rambutnya ke belakang, “Maaf, aku sebenernya udah ada nyiapin sesuatu buat hadiah kamu, tapi karna ada urusan kantor jadi berantakan semuanya deh...” Adu pria itu yang membuat Valle tersenyum geli.

“Apaan sih, aku bukan anak kecil lagi yang kalo setiap ulang tahun harus dirayaain, sayang. Jadi, gapapa. Gak usah ngerasa bersalah gitu. Orang sebenernya aku juga lupa kalo ini hari ulang tahunku.”

“Kalo menurut aku pribadi yang namanya ulang tahun itu kan artinya kita bertambah usia. Nah, daripada mikirin soal hadiah yang dikasih orang, lebih penting buat mikin step berikutnya yang bakal kita ambil.”

Valle mengusap lembut pipi Nolan, “Lagian kamu juga udah banyak ngasih aku hadiah, sayang.”

“Kalo kata kamu tadi lebih penting buat mikirin langkah selanjutnya yang bakal kamu ambil, kayanya aku bisa bantu kasih itu ke kamu sekarang juga.”

Nolan mengambil benda kotak merah mudah kecil yang berada di dalam saku celananya, “Let's Grow Old Together, Sha.”

“Kamu itu wanita yang jadi cinta pertama sekaligus cinta terakhir aku. Gak masalah kalau misalnya aku bukan cinta pertama kamu, tapi yang pasti aku bakal jadi cinta terakhir kamu.”

“Aku mau jadiin kamu sebagai partner hidup aku buat selamanya sampai maut memisahkan kita berdua, Sha. Aku mau kamu jadi pendamping hidup aku. Aku mau kamu jadi tempat ternyaman buat aku.”

“Kita jalanin semuanya bareng-bareng ya, Sha? Suka, duka, sakit, susah, kita laluin itu semuanya sama-sama.”

“Aku sayang banget sama kamu, Sha. Gak tau lagi deh rasa cinta aku ke kamu itu gak bisa diungkapin pake kata-kata. Aku cuma mau kamu, Vallesha Eleanor.”

“Will you marry me?”


Flashback

Seorang pria kini nampak tengah sibuk mempersiapkan bahan materi yang kali ini memang dengan sengaja dirinya jelaskan secara detail.

Setelah selesai membuat materi tadi, dirinya masih harus disibukkan dengan merekam sebuah video yang menunjukkan dirinya yang sedang melakukan presentasi.

(Percakapan di telpon).

“Selamat malam, Pak Anthony. Ini dengan saya, Nolan Azerio dari J Corps.”

“Selamat malam juga, Pak Nolan. Jadi besok kita akan bertemu?”

“Niat saya menghubungi bapak juga ingi membicarakan lagi soal itu. Mohon maaf sebelumnya pak, tanpa mengurangi rasa hormat saya ingin meminta izin kepada bapak untuk menyampaikan alasan saya yang membuat saya tidak dapat menemui bapak besok.”

“Baik, silahkan.”

“Calon istri saya menunggu, pak... ...Hari ini saya berniat untuk melamar dia.”

”...”

“Saya tahu mungkin ini terdengar tidak profesional.”

”...”

“Baru saja, saya mengirimkan video presentasi dan bahan materi yang lebih lengkap ke alamat email bapak.”

”...”

“Saya juga mempersilahkan bapak untuk menghubungi saya di luar jam kerja untuk bertanya apabila masih terdapat hal-hal yang kurang jelas di sana.”

”...”

“Tapi jika Pak Anthony tidak berkenan untuk untuk melanjutkan ini, maka saya juga tidak akan memaksa. Saya-”

“Saya terima tawaran kerjasama dengan anda, Pak Nolan. A Corps akan bekerja sama dengan J Corps.”

“M-maksud bapak? Ini langsung diterima gitu aja, pak? Bapak yakin?”

“Saya yakin seorang pria yang dapat menghargai wanitanya dengan baik, maka dirinya juga akan dapat menghargai hal lain dengan baik juga.

”...”

“Oh ya Pak Nolan, anda itu bukannya tidak profesional. Justru anda lebih dari kata tersebut. Karena jika anda tidak profesional, terus buat apa anda mau membuat video presentasi dan bahan materi yang begitu detail untuk diberikan kepada saya?”

Nolan, pria itu melakukan semua ini hanya untuk Valle, wanitanya.

by scndbrr