Kesan Pertama yang Buruk

Terkejut adalah kata yang pas untuk menggambarkan perasaan Jesslyn saat ini.

Dirinya berharap bahwa ia bisa meminjam pintu kemana saja milik karakter kartun yang sering tayang di televisi.

Gadis itu enggan berjumpa dengan sosok anak laki-laki yang usianya sepantar dengan dirinya sendiri.

Karena dipaksa oleh sang daddy, maka Jesslyn dengan berat hati harus memperkenalkan dirinya kepada Hasta dan juga mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan besar milik laki-laki itu.

Jika kalian berpikir hanya Jesslyn yang terkejut pada situasi ini, maka kalian salah besar.

Sebab baik teman-teman Jesslyn, Raya dan Kanatya, maupun teman-teman Hasta, Naren, Regan, dan Juno mereka semua sama terkejutnya bertemu dengan cara seperti ini.

Baiklah, gadis itu tidak mau mengambil pusing atas kejadian tak terduga yang ia alami malam ini.

Setelah sesi perkenalan tadi, ia memutuskan untuk menyiapkan beberapa makanan siap panggang yang ada di pinggir kolam renang.

Daddy Jeffion sudah menyetting tempat ini sedemikian rupa dengan dekorasi yang begitu indah demi melangsungkan mini party untuk putri semata wayangnya itu.

Ketika semua atensi Jesslyn tertuju pada daging, sosis, dan makanan lainnya yang sedang dipanggang, suara berat seorang laki-laki mangalun dengan merdu masuk ke dalam gendang telinganya.

“Congrats Jesslyn?” ucap Hasta dengan nada akhir seperti bertanya.

Bukannya langsung membalas kalimat yang dituturkan oleh Hasta, Jesslyn justru mengerutkan dahinya dalam dan mengarahkan tatapan tajam ke laki-laki itu.

Karena ucapannya tidak segera dijawab oleh gadis yang kini berdiri di hadapannya, Hasta melontarkan kalimat lagi yang cukup membuat Jesslyn geram.

“Sombong amat sih.” “Sok ngartis lo!” “Diucapin selamat tuh, ya bilang makasih kek.”

Lihatlah kedua anak manusia ini, pada pertemuan pertama secara resmi, mereka berdua justru membangun hawa mencekam di sekitarnya.

Karena tak ingin laki-laki itu mengoceh terus-terusan, akhirnya Jesslyn mengalah dan menurunkan egonya untuk segera membalas ucapan selamat tadi.

“Ya makasih,” ucap Jesslyn dengan nada datar dan raut wajahnya yang sedingin es di kutub utara.

Hal berikutnya yang dilakukan oleh Hasta sama sekali tidak Jesslyn prediksi.

Bagaimana bisa laki-laki itu memajukan wajahnya ke arahnya secara tiba-tiba?

Karena dirinya kaget bukan main, maka Jesslyn justru memejamkan kedua matanya secara reflek.

Setelah itu terdengar suara tertawa yang cukup renyah dari laki-laki itu, ia tawa yang mengejek Jesslyn.

“Lo kira gue bakal nyium lo apa?” tanya Hasta dengan wajah tengilnya.

Jesslyn melotot hingga kedua bola matanya itu hampir copot dari tempatnya.

Ia begitu kesal dengan laki-laki ini.

Dalam hatinya ia berharap siapapun itu agar dapat segera menyelamatkannya dari situasi canggung ini.

Hasta terkekeh kecil melihat perubahan raut wajah Jesslyn yang begitu kentara, dirinya merasa gemas.

Laki-laki itu meraih benda pipih yang ada di saku celananya dan menyodorkannya kepada Jesslyn.

“Kasih gue nomor lo,” ucap Hasta tanpa berbasa-basi.

“Dihh!” “Gue ga mau!!” ucap Jesslyn dengan suara sedikit berteriak.

Hasta menarik salah satu sudut bibirnya ke atas sehingga terciptalah senyuman miring yang membuat Jesslyn merasa mual.

Kemudian laki-laki itu memajukan tubuhnya lagi namun kali ini bukan persis di depan wajah Jesslyn.

Hasta mendekatkan mulutnya ke daun telingan Jesslyn yang sebelah kanan dan mulai membisikkan sesuatu yang membuat gadis itu kesal.

“Kalo lo ga mau kasih gapapa kok.” “Gue bisa minta bokap gue biar dia mintain ke bokap lo.” “Easy kan?”

Setelah itu Hasta segera berlalu dari hadapan Jesslyn, ia takut gadis itu akan menjambak rambut kecoklatan miliknya.

Hasta bergabung dengan teman-temannya dan juga teman-teman Jesslyn yang sedang duduk santai di seberang tempatnya dan Jesslyn tadi berbincang.

Sejak tadi, baik teman-temannya sendiri maupun teman-teman Jesslyn memperhatikan interaksi yang dilakukan oleh mereka berdua.

Hal itu tentu saja juga berlaku dengan sang daddy dan sang papa mereka.

©scndbrr