Drama Percintaan

Setelah Atma mengambil pesanan kue tartnya di toko bakery milik Jeya, ia segera melajukan kendaraan roda empatnya menuju ke tempat yang ia rencanakan akan jadi saksi bisu kebahagiannya hari ini.

Sengaja memang laki-laki itu tidak memberitahukan kekasihnya terlebih dahulu.

Ia memiliki sebuah skenario sendiri, nanti setelah semuanya siap Atma akan menghubungi kekasihnya untuk datang ke tempat itu langsung dengan alasan ingin mengajak makan malam bersama.

Di sisi lain, Jeya kini tengah bersiap-siap untuk pergi ke apartemen milik kekasihnya.

Sudah terhitung hampir satu minggu lamanya ia dan kekasihnya itu tidak kunjung bertemu karena kesibukan yang dimiliki masing-masing.

Tidak.

Sebetulnya Jegra, kekasih Jeya bisa saja menyempatkan waktunya untuk menemui Jeya.

Namun ia tidak memiliki niat atau bahkan memang tidak mau betemu tatap dengan gadisnya.

Di perjalanan menuju ke tempat tujuannya, terlintas begitu saja ide cemerlang di benak Jeya.

Jeya memutuskan untuk mampir ke salah satu tempat makan ternama di kota itu.

Itu adalah restaurant favorite yang sudah sering menjadi tempat berlabuh Jeya dan kekasihnya untuk mengisi perut mereka.

Jeya berinisiatif membelikan pasta seafood kesukaan dari laki-lakinya itu.

Setelah turun dari taksi, gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke dalam restaurant dan segera memesan makanan di sana.

Saat menunggu pesanannya disiapkan, Jeya duduk di salah satu kursi di pojok ruangan.

Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat sosok yang tidak asing di matanya sedang bercumbu mesra dengan seorang gadis lain.

“Jegra...” lirih Jeya mendekati pasangan yang terlihat sedang berbagi kesenangan itu.

Merasa namanya dipanggil, Jegra lantas menolehkan kepalanya dan ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut ketika mendapati Jeya di sana.

“Jadi alasan kamu akhir-akhir ini ga pernah ada waktu buat aku tuh ini?!” sentak Jeya dengan nada suaranya yang mulai meninggi.

“Maaf, Jey...” ucap Jegra dengan tampang tidak bersalahnya.

Jeya, gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat-kuat.

Ia mati-matian menahan bulir bening yang sejak tadi terus saja mendesak untuk keluar.

Namun usahanya gagal, kini pipi putih nan mulus milik berlinang air mata yang mengalir dengan deras.

Tidak tahan dengan situasi yang kini sedang dihadapinya, Jeya memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini.

Ketika membalikkan tubuhnya dan berniat untuk segera berlari, gadis itu justru tidak sengaja menabrak dada bidang milik seorang pria yang berdiri menjulang tinggi didepannya.

Jeya mendongak untuk menatap wajah dari orang yang telah ia tabrak barusan.

Detik berikutnya, betapa terkejutnya Jeya melihat kehadiran Atma pelanggannya itu di sana.

Jeya tidak mempedulikan itu, namun ketika ingin melangkah pergi dari sana, tangan besar Atma terjulur untuk menahan tangannya.

Tatapan tajam Atma mengarah kepada dimana pacar Jeya duduk bersama dengan selingkuhannya tadi.

Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat di sisi tubuh pria itu.

Rahangnya mengeras dan giginya bergemelatuk menahan amarah yang sudaj memuncak di ubun-ubunnya.

Bahkan terlihat urat-urat yang ada di leher Atma itu telah tercetak dengan jelas.

Atma memejamkan kedua matanya dan mengerutkan dahinya dengan cukup dalam.

Dirinya sedang bersiap untuk mengatakan kalimat yang ia yakini pasti akan membuat hatinya berdenyut nyeri.

“Happy anniversay, Vi.” “Kita putus.”

Rentetan kata yang keluar dari mulut Atma membuat Jeya menatapnya dengan tidak percaya.

Jadi selingkuhan pacarnya itu adalah kekasihnya Atma? batin Jeya dalam hati.

Atma segera menarik tangan Jeya dengan pelan dan mengajaknya untuk keluar dari restaurant tadi.

© scndbrr