Bukan Salah Saya
Setelah menyelesaikan slide presentasinya, Nathan berpamitan kepada Starla untuk pergi ke kamar mandi. Starla yang sedang asik membaca buku hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa menoleh sedikit pun terhadap lelaki yang baru saja berbicara kepadanya. Kalian pasti berpikir bahwa laki-laki itu akan marah karena dirinya hanya dihiraukan begitu saja oleh seorang gadis yang notabenenya hanya pembantunya. Namun reaksi yang diberikan olehnya justru di luar nalar, karena kedua sudut bibir sang tuan muda itu malah tertarik ke atas menandakan ia sedang tersenyum ke arah perempuan yang kini ada di hadapannya.
“Heh lo siapanya Nathan deh?” pertanyaan itu tiba-tiba terlontarkan dari mulut seorang perempuan yang usianya diperkirakan sepantaran dengan Nathan. Namanya adalah Maureen, orang yang tergila-gila dan selalu mengejar-ngejar Nathan sejak ia masih menjadi mahasiswa baru.
“Maaf sebelumnya, tapi apakah kakak sedang berbicara kepada saya?” jawab Starla dengan ramah, padahal Maureen tadi sangat tidak sopan kepadanya.
“Ya iyalah, emangnya di meja ini ada orang lagi selain lo hah?!” seru Maureen tidak suka sambil memutar bola matanya jengah.
Melihat Starla yang diam saja tidak menjawab pertanyaan yang diutarakan Maureen barusan, ia menjadi sangat geram. Ia dengan sengaja menumpahkan kopi panas miliknya yang sedang ia genggam ke arah laptop di meja. Ia pikir laptop itu adalah milik perempuan yang telah membuatnya cemburu habis-habisan dikarenakan sedang ramai digosipkan sebagai pacar Nathan di base kampus.
“EHH KAK, MAKSUD KAKAK APA? KOK KOPINYA DITUMPAHIN KE LAPTOP INI SIH KAK? ITU PUNYANYA KAK NATHAN! TAU!” ucap Starla dengan berteriak ke arah Maureen dikarenakan ia kaget dan panik bukan main melihat laptop milik tuan mudanya yang basah dan langsung mati akibat terkena air kopi tadi.
Maureen yang mendengar pernyataan Starla barusan jadi ikutan panik apalagi sekarang Nathan sudah datang, laki-laki itu berdiri di antara keduanya. Namun otak yang dimiliki Maureen itu terlampau licik, ia sudah menemukan sebuah ide jahat di benaknya.
“Ini ada apaan sih? Lah ada cewek caper, lo ngapain disini? EH ANJING INI KENAPA LAPTOP GUE WOI?!! KOK BISA BASAH KENA KOPI GINI? MANA MATI LAGI SAT!!” ucap Nathan dengan menggebu-gebu, mukanya merah padam menahan amarah yang begitu besar.
“Ini kerjaannya si cewek aneh itu Than. Gue tadi kan mau nitip kopi buat lo, eh dia kayak ga suka gitu terus malah disiramin ke laptop lo deh.” jawab Maureen menyalahkan Starla dengan menggunakan nada yang sengaja ia imut-imutkan.
“Gara-gara ulah lo, gue ga bisa presentasi. Itu artinya nilai gue bakal kosong di tugas ini!” ucap Nathan ke arah Starla dengan nada rendahnya, tersirat kekecewaan yang begitu besar pada netra pemuda itu.
Kini semuanya sudah hancur, secercah harapan Nathan untuk dapat membuktikan kepada mamanya bahwa ia anak yang juga bisa memperoleh nilai yang bagus seperti kakaknya telah hilang. Nathan yang mendengar penuturan Maureen barusan, langsung kalang kabut dan tidak berpikir panjang. Laki-laki itu kemudian mencengkeram erat salah satu pergelangan tangan kanan Starla dengan kasar dan segera menyeretnya untuk pulang ke rumah. Oh mungkin bukan, lebih tepatnya ke gudang yang ada di belakang rumahnya.
“Ikut gue, dasar jalang ga tau diuntung!!” umpat Nathan kasar kepada Starla. “K-kak...i-itu bukan salah saya.” bela Starla dengan suaranya yang lirih dan bergetar. “Diem, lo berisik!” jawab Nathan dengan dingin.
Starla tidak sempat menjelaskan semuanya kepada Nathan. Mungkin bukan tidak sempat, melainkan laki-laki yang sudah tersulut emosinya itulah yang sudah tidak mau mendengar pembelaan apapun lagi darinya. Ia sudah sangat kesal lantas mengambil kesimpulan dari kesaksian satu pihak saja. Tanpa memiliki rasa curiga atas pernyataan yang diberikan oleh Maureen, perempuan licik yang pintar memutarbalikkan keadaan.
Sepertinya saya akan disiksa lagi ya oleh kak Nathan? tanya gadis muda itu dalam batinnya sendiri.
©scndbrr