Bertemu Kembali

Hari matahari menampakkan wujudnya lebih awal. Membuat hawa sekitar menjadi menghangat.

Suara indah yang dihasilkan dari kicauan para burung pun turut menemani siapa saja yang sedang merasa kesepian.

Lalu lintas jalan raya tampak seperti biasanya, bahkan lebih padat karena sekarang rupanya jarum jam hampir menunjukkan pukul 9, yang merupakan jam-jam orang sibuk berlalu-lalang.

Sepuluh tahun sudah berlalu, itu bukanlah waktu yang singkat.

Kini Starla telah menyelesaikan studinya dan memutuskan untuk menjadi relawan pada kegiatan-kegiatan sosial.

Dari awal ia sangat tertarik mengenai tentang hal-hal tersebut. Dirinya merasa dengan melakukan kontak sosial dengan orang-orang yang membutuhkan atau kekurangan akan membuat hatinya bahagia.

Tidak hanya melakukan kegiatan sosial di sekitar tempat tinggalnya saja, melainkan ia bahkan juga sudah sering mengikuti kegiatan sosial yang dilakukan di desa yang terpencil sekalipun.

Seperti sekarang, ia sedang berada di Panti Jompo Harapan Kita untuk melakukan pendampingan kepada para orang tua yang ada di sana.

Kini Starla sedang mengajak berbicara salah satu nenek tua yang umurnya hampir menyentuh angka satu abad.

Tenyata nenek tua justru bercerita tentang laki-laki yang dulu amat dicintainya.

Tiba-tiba saja, di otak Starla terbesit satu nama. Seseorang yang kehadirannya sudah lama ia sangat rindukan.

Senyuman manisnya, tawa bahagianya, dan hangat pelukan dari orang itu.

Nathan.

Setelah Starla melihat berita mengenai papa dan mama Nathan yang menyerahkan diri secara sukarela ke pihak yang berwajib, dirinya menjadi bingung. Ada apa sebenarnya?

Jika kalian berpikir saat itu Starla tidak menghubungi Nathan kembali kalian salah. Karen gadis itu tetap menghubungi Nathna untuk menanyakan perihal kedua orang tuanya.

Namun sayang, Nathan yang dulu adalah Nathan yang pengecut yang tidak mau menceritakan apa yang pernah terjadi secara langsung kepada Starla.

Jadi Starla mengetahui soal kejahatan yang telah dilakukan oleh kedua orang tua Nathan lewat Jeffin, kakak Nathan.

Jeffin menjelaskannya dengan hati-hati kepada Starla, ia tak mau hati perempuan yang amat dicintai oleh adiknya itu terluka.

Jujur saja, Starla sangat shock setelah pemaparan dari Jeffin menggema di gendang telinganya.

Jadi selama ini, dirinya mencintai anak dari orang yang telah membunuh ayahnya sendiri?

Gila.

Starla kecewa, terlebih kepada Mama Yura yang ternyata selalu terlihat baik di depan dirinya dan ibunya sebagai kedok supaya tindakan busuknya tidak tercium.

Tidak, Starla sudah tidak bisa marah. Semuanya sudah berlalu, jika ia melampiaskan semua amarah dan emosinya pun juga tidak akan membuat kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia lantas bangkit kembali.

Ketika sadar ia justru terlarut dalam lamunannya yang mengenang akan masa lalu itu, Starla langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Ia menyadarkan dirinya supaya tidak terjebak dalam labirin ingatan masa lalu akan seseorang yang masih saja bertahta di dalam hatinya.


“Ehh pak dokter sudah datang.” sapa Bu Kayna pemilik Panti Jompo Harapan Kita.

Hari ini akan berlangsung pengecekan kesehatan secara gratis untuk para lansia di panti, yang dilakukan oleh seorang dokter muda lulusan dari universitas bergengsi dari luar negeri.

Starla yang hendak menaruh piring kotor bekas sisa makan nenek yang tadi bercerita pun turut menolehkan kepalanya karena mendengar panggilan dari Bu Kayna.

Entah apa yang membuat dirinya berbuat demikian, tapi yang pasti dirinya sekarang menjadi sangat penasaran oleh sosok sang dokter.

Kedua netra gadis itu pun menelisik mencari keberadaan orang tadi. Betapa terkejutnya Starla, ketika dirinya mendapati sosok yang sudah lama ia cari-cari keberadaannya.

Di seberang sana juga sama, laki-laki yang mengenakan seragam jas putih itu terkejut bukan main, melihat kehadiran dari wanita yang hingga detik ini masih sangat ia cintai.

“Kak Nathan?”

“Starla?”

Setelah mengeluarkan satu patah kata yang lebih ke arah sapaan tadi, merek berdua hanya berdiam diri dan masih saling menatap satu sama yang lainnya.

Tidak ada percakapan lagi yang keluar dari kedua mulut anak manusia itu, bahkan salah satu dari mereka sama-sama tidak memiliki niat untuk melakukannya.

Bukan, bukan karena apa.

Mereka hanya masih terkejut akan apa yang baru saja terjadi. Ternyata takdir dan semesta masih mempertemukan mereka kembali di sebuah pertemuan yang tidak terduga.

©scndbrr