Berhenti?

Jenan menepati janjinya, kini dua anak manusia itu sedang berjalan berdampingan melangkahkan kedua kakinya untuk menaiki anak tangga menuju lantai dua bangunan apartemen ini.

Jenan mulai memutar kenop pintu dan membuka pembatas ruangan yang ada di hadapannya.

Aretha yang berdiri tepat di sampingnya itu kagum melihat studio pribadi milik Jenan hingga mulutnya menganga terbuka lebar.

“Awas, nanti ada laler masuk,” suara bass milik Jenan itu mengalun di gendang telinga Aretha, menyadarkannya dari lamunannya.

Bukannya membalas ucapan Jenan, Aretha justru memukul bahu Jenan dengan cukup keras.

Hal itu sukses membuat kedua sudut bibir Jenan terangkat ke atas dan matanya yang menyipit.

Jenan langsung masuk ke dalam sana dan mengambil gitar kesayangan miliknya.

“Nih,” Jenan menyodorkan gitar tersebut ke arah Aretha.

“Hehehe makasih, Jen,” balas Aretha dengan wajahnya yang berseri-seri dan senyuman yang menampilkan barisan rapi gigi putihnya.

Tak dapat dipungkiri Aretha merasa sangat senang sekarang, pasalnya sudah lama ia ingin dapat bermain alat musik ini tapi tidak ada orang yang bisa mengajarinya. Bang Dion terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Pada awalnya Jenan membiarkan Aretha memetik senar gitar miliknya itu secara tidak beraturan.

Namun lama-lama dirinya pun juga menjadi kesal sendiri karena suara yang dihasilkan membuat telinganya sakit.

Tanpa berpikir lama lagi, Jenan yang duduk di sebelah Aretha menggeser tubuhnya hingga kini ia berada tepat di belakang tubuh Aretha.

Kedua tangan besar Jenan yang berotot itu terulur untuk memegangi tangan Aretha yang masih setia pada gitarnya.

Aretha yang merasakan pergerakan tiba-tiba dari Jenan itu merasa cukup terkejut dan ingin segera melepaskan kedua tangan mungilnya dari sana.

Namun Jenan menahannya dan membuat Aretha tidak bisa berkutik lagi.

Posisi mereka berdua saat ini adalah Jenan yang terlihat seperti memeluk tubuh Aretha dari belakang, dagu tajam Jenan ia letakkan di bahu sebelah kiri milik Aretha.

Dengan posisi mereka berdua yang berdekatan seperti ini, membuat Aretha dapat merasakan sapuan hangat dari napas Jenan pada tengkuknya.

Sambil mengarahkan jari-jari lentik milik Aretha untuk dapat menghasilkan nada-nada indah dari gitar tersebut, Jenan mulai membuka mulutnya untuk memulai percakapan.

“Ar,” panggil Jenan dengan lembut.

“Hm?” Aretha hanya menjawab panggilan Jenan dengan dehaman singkat karena ia sedang fokus dengan permainan gitarnya, atau justru dirinya merasa gugup karena terlampau dekat dengan Jenan.

“Kalo misalkan lo harus mundur dari project film itu gimana?” akhirnya Jenan memberanikan diri untuk melontarkan pertanyaan itu.

“Hah?” “Maksud lo apa?!” Aretha mengerutkan dahinya cukup dalam dan menjawab pertanyaan Jenan dengan nada suara yang mulai meninggi.

“Ya gue cuma mau nanya aja sih.” “Lo bakal gimana kalo misalny didepak karena skandal lo sama bang Jeremmy?” ucap Jenan sambil menahan kedua tangan Aretha.

Netra Aretha menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong, kemudian dirinya menghela nafas dengan kasar.

“Gue kayaknya bakal berhenti dari dunia acting.

Deg.

©scndbrr